42 | Pengakuan Eknath

725 51 0
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

SIANG itu merupakan hari kedua setelah Nicholas dan Anastasia kembali ke istana. Kini Anastasia terlihat sedang duduk di depan jendela kamarnya bersama Irene. Dengan bekal kemampuannya dalam merajut, hasil karyanya mulai mendapat apresiasi. Ia sangat cepat belajar karena tekad kuatnya untuk memulai hobi baru.

Di pangkuannya, terlihat seutas benang wol berwarna biru muda dan biru tua yang dirajut menjadi sepasang kaus kaki bayi yang lucu dan cantik. Di sekelilingnya, sudah tersusun beberapa pasang kaus kaki dan sarung tangan bayi yang dikerjakannya bersama Irene. Wajahnya selalu berbinar setiap kali ia merajut, membayangkan betapa bahagianya jika kelak rajutan-rajutan itu bisa dipakai oleh calon anaknya. Pasti akan terlihat sangat menggemaskan.

"Irene sangat penasaran, dari kemarin Putri selalu membuat kaus kaki dan sarung tangan bayi. Apakah Putri Anastasia sedang mengandung?" tanya Irene ingin tahu.

Anastasia menoleh, senyum kecil menghiasi bibirnya. "Belum, Irene. Tapi tidak salah kan kalau aku membuatnya untuk persiapan?"

"Tentu boleh, Putri Anastasia. Irene turut menantikan pangeran kecil hadir di tengah-tengah kita," jawab Irene dengan senyum tulus.

Anastasia mengangguk, lalu kembali melanjutkan rajutannya.

Tok! Tok! Tok!

Anastasia memberi isyarat kepada Irene untuk membukakan pintu kamar dan melihat siapa yang datang. Mungkin saja itu Nicholas yang sudah selesai menemui Baginda Raja untuk membicarakan masalah Swindon.

Irene membuka pintu dan melihat bukan Nicholas, melainkan Eknath yang berdiri di sana dengan pandangan gelisah, matanya mencari-cari Anastasia di dalam kamar.

"Ada apa, Lord Eknath?" tanya Irene bingung melihat ekspresi wajah Eknath yang tegang.

"Aku mau menemui Putri Anastasia," jawab Eknath dengan suara serius.

"Putri Anastasia sedang merajut," jawab Irene sambil membuka pintu kamar lebih lebar, memperlihatkan Anastasia yang tengah duduk merajut dengan tenang.

Eknath langsung menyerobot masuk, membuat Irene terbelalak. Seorang laki-laki memasuki kamar seorang perempuan yang sudah bersuami tanpa izin sangat tidak sopan di negeri ini. Irene mengikuti dengan langkah cepat, mencoba menahan Eknath.

Derap langkah kaki Eknath terdengar oleh Anastasia sehingga ia mengangkat kepalanya untuk menatap. "Lord Eknath? Ada apa?" tanyanya, terlihat bingung.

"Putri Anastasia, ada yang ingin aku sampaikan padamu," jawab Eknath dengan nada mendesak.

Anastasia mengernyit, wajah Eknath yang serius membuatnya gugup. Apa ini pertanda tidak baik? "Yasudah, sampaikan saja, Lord Eknath."

"Aku hanya ingin kita berdua," kata Eknath, menekankan pentingnya percakapan ini.

Anastasia semakin bingung. Apa yang begitu penting hingga Eknath ingin berbicara secara pribadi? "Maaf, aku tidak mau, Lord Eknath. Kalau Nicholas melihat, dia bisa salah paham. Dan itu bisa membuat aku dan dia bertengkar," jawab Anastasia tegas, menolak permintaan Eknath.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang