26 | Minyak Rempah

999 75 0
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

NICHOLAS bersama rombongannya terpaksa menunda perjalanan mereka menuju Kastil Swindon karena keadaan Anastasia yang memburuk. Anastasia sudah dua kali muntah, membuat Nicholas memberi instruksi kepada para pengawalnya untuk mencari penginapan terdekat.

Saat ini, mereka berada di sebuah penginapan sederhana yang terletak tidak jauh dari pasar. Penginapan itu dibangun dengan dinding kayu yang memiliki tiga lantai. Meskipun tidak luas, kamar-kamar di penginapan itu cukup banyak dan nyaman untuk bermalam. Itu adalah satu-satunya pilihan yang tersedia bagi Nicholas. Anastasia membutuhkan istirahat dengan segera, dan situasi tidak mengizinkannya untuk mencari tempat yang lebih baik.

"Biarkan aku yang menyuapi istriku. Kalian keluarlah dan beristirahat," ucap Nicholas kepada Irene dan para dayang lainnya.

"Baik, Tuanku. Jika ada yang dibutuhkan, Irene akan segera hadir untuk membantu."

"Iya, terima kasih."

Irene memberi hormat, diikuti oleh yang lain, kemudian mereka perlahan-lahan meninggalkan kamar.

"Habiskan sedikit demi sedikit, supaya perutmu terasa lebih nyaman, Stasia," ucap Nicholas sambil mengaduk-aduk bubur gandum yang bercampur dengan kuah ikan, kemudian menyendokkannya ke depan mulut Anastasia.

"Nich, aku merasa tubuhku agak meriang," ucap Anastasia. Meskipun tidak sesakit sebelumnya, karena sudah mengonsumsi ramuan obat pereda mual dan sakit kepala, tapi rasa tidak enak masih terasa.

"Kau mau aku oleskan minyak rempah?"

"Apa ada?"

"Seingatku Irene membawanya."

Anastasia mengangguk. Nicholas memastikan bahwa Anastasia telah menyelesaikan makanannya sebelum meninggalkannya untuk mencari minyak rempah dari Irene.

Saat berdiri di depan pintu, Nicholas dikagetkan dengan kedatangan para sahabatnya. Apa urusan mereka bisa sampai ada di sni?

"Hai.. Lama tak bertemu," sapa Ramond dengan senyum sumringah melambaikan tangannya seperti orang bodoh. Nicholas berdecih. Baru juga seminggu, belum seabad.

"Untuk apa kalian ada di sini?" tanya Nicholas ketus.

"Kau ini selalu begitu. Tidak pernah menyambut kami hangat. Padahal kami datang karena tidak bisa jauh darimu. Lihat dirimu di cermin. Dahimu sudah mengkerut seperti kakek-kakek," jawab Agast dengan nada yang mengandung sedikit sindiran,

Kadang-kadang Nicholas merasa bingung mengapa sahabat-sahabatnya selalu mengikutinya ke mana pun ia pergi. "Bagaimana kalian bisa tahu aku berada di sini?" tanya Nicholas, penuh keheranan.

"Dari masyarakat lokal. Kami mendengar ada kejadian besar di daerah ini. Banyak yang bercerita tentang itu di seluruh penjuru. Mereka mengatakan bahwa kau telah menjatuhkan hukuman mati kepada para perampok," jelas Ramond.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang