⚜️⚜️⚜️"STASIA, aku pulang," ujar Nicholas seraya membuka pintu kamar dan menampakkan kepalanya dari balik pintu.
Tidak ada jawaban. Hanya suara gemeretak kayu dari perapian yang menyala untuk menghangatkan ruangan kamar mereka.
Nicholas mengarahkan pandangannya ke arah ranjang. Di sana Anastasia sudah tertidur lelap. Wajar saja, mengingat hari sudah sangat larut malam. Nicholas berkeliling desa dan kota terlalu lama, sehingga pulang ke kastil terlambat sekali.
Nicholas masuk ke dalam kamar dengan langkah hati-hati, mendekati ranjang tempat Anastasia berbaring. Dengan lembut, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya hingga ke leher, lalu duduk di tepi ranjang. Ia meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Anastasia, menunduk dan mencium hangat kening istrinya itu.
Kecupan itu membuat Anastasia terbangun. Dengan masih sedikit terpejam, ia membuka mata dan mendapati wajah Nicholas tepat di depannya. "Kau baru pulang?" tanyanya dengan suara serak karena baru terbangun.
"Iya."
"Sudah makan?"
"Sudah, Stasia. Kau sudah?"
Anastasia mengangguk lalu melingkarkan tangannya di leher Nicholas, mengusap jemarinya dengan lembut di atas rambut belakang pria itu. "Kenapa pulangnya begitu lama?"
Nicholas menghela napas. "Aku mengunjungi banyak desa dan kota. Semuanya dalam keadaan kacau balau. Rasanya aku sangat kesal dan ingin segera membuat kebijakan agar masalah di wilayah ini segera terselesaikan."
"Kau sudah memulainya dengan baik. Aku yakin kau pasti bisa mengatasinya. Bersabarlah. Semua ada waktunya."
Nicholas mengangguk, lalu mencium bibir Anastasia sekilas. Walaupun hanya kata-kata, tapi ucapan istrinya membuat Nicholas tenang.
"Hari ini kau tidak nakal, kan?"
"Tidak, hari ini aku patuh dan mengingat semua pesanmu. Kalau kau ragu, boleh tanyakan pada pengawal yang ikut denganku."
"Baguslah kalau begitu. Aku percaya padamu. Nanti akan kuberi hadiah," ujar Anastasia sambil tersenyum.
"Dua ronde, ya?" goda Nicholas dengan senyum nakal.
"Heh! Kau ini. Hadiah yang aku maksud tidak sama seperti yang ada di pikiranmu, Nicholas," ujar Anastasia sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Oh, begitu. Aku kira..." Nicholas menghentikan ucapannya, diikuti dengan gelak tawa kecil. "Lalu, bagaimana harimu di sini? Apa semuanya baik-baik saja?"
"Semuanya baik-baik saja, Nich. Aku menghabiskan waktu di kebun bersama Irene."
"Sepertinya harimu sangat menyenangkan. Berbeda denganku," sahut Nicholas dengan ekspresi lesu, bibirnya sedikit terlipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying A Prince ✔️
FantasyPangeran Nicholas Veer Ralph, putra bungsu dari Raja Luther pemimpin Kerajaan Tharvis, terkenal sebagai seorang yang angkuh, pemarah, dan pemberontak. Bahkan reputasinya sebagai seorang pemain wanita telah tersebar luas di seluruh negeri. Sikapnya y...