30 | Meninjau Desa & Kota

2.2K 139 6
                                    

⚜️⚜️⚜️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚜️⚜️⚜️

ANASTASIA dengan hati-hati melingkarkan mantel panjang dan tebal berwarna biru tua pilihannya di atas bahu Nicholas. Kemudian menyematkan sebuah bros emas yang berlapis berlian di dada kanan suaminya. Bros itu adalah lambang status Nicholas sebagai seorang duke dan anak ketiga dari Raja Luther.

"Sudah selesai," ucap Anastasia, sambil memegang kedua bahu Nicholas dan menatapnya dengan penuh perhatian.

"Apa aku sudah terlihat rapi? Aku sedikit gugup."

"Sudah. Tidak perlu gugup. Aku yakin kau akan melakukannya dengan baik," sahut Anastasia sambil merapikan kembali rambut Nicholas dengan lembut.

Hari ini, Nicholas merencanakan untuk melakukan inspeksi ke daerah-daerah yang dilaporkan mengalami banjir. Ia ingin melihat secara langsung akar permasalahan yang menyebabkan banjir begitu parah. Dan ingin memahami secara mendalam, sehingga ia dan para bawahannya bisa merumuskan solusi yang tepat. Gugup adalah hal yang wajar. Ini pengalaman pertamanya.

"Kau akan pergi dengan siapa hari ini?"

"Dengan empat pengawalku. Ramond juga katanya ingin ikut."

Anastasia mengangguk.

"Hari ini, jadilah pemimpin yang baik, Nich. Ingat, jangan nakal."

"Iya, akan aku ingat," jawab Nicholas sambil meletakkan jari telunjuknya di kening sebagai tanda janji akan mengingat ucapan sang istri.

Anastasia tersenyum gemas. Ia sedikit berjinjit untuk mengecup bibir Nicholas. Pria itu pun tersenyum manis lalu meraih leher Anastasia agar memperdalam ciuman mereka.

Tok! Tok! Tok!

Keduanya segera menoleh ke arah pintu.

"Ck! Mengganggu saja!" keluh Nicholas yang terpaksa harus menghentikan momen mesra mereka. Anastasia tertawa kecil lalu berjalan ke depan pintu untuk membukanya. Ternyata, Irene yang mengetuk.

"Salam, Putri Anastasia. Ini bekalnya," ucap Irene sambil mengulurkan sebuah kotak berisi roti gandum keju, lobak hijau, dan buah persik yang dilumuri madu. Anastasia sebelumnya telah menyuruh Irene untuk menyiapkannya agar Nicholas tidak kelaparan karena melewatkan jam makannya.

"Terima kasih, Irene. Kau tidak lupa dengan sendok dan garpunya, 'kan?" tanya Anastasia.

"Tidak, Putri. Semua sudah lengkap. Dan ini botol minumannya," jawab Irene sambil menyerahkan sebuah botol berukuran lumayan besar, yang berisi air perasan lemon.

Anastasia kemudian menoleh pada Nicholas yang berdiri diam di belakangnya. "Bawa ini. Jangan lewatkan jam makanmu. Minum yang banyak. Jangan terlalu lelah."

Nicholas menerima kotak makanan dan botol minuman itu dengan senyum. "Iya. Terima kasih, Stasia," ucapnya. Nicholas senang saat Anastasia seperti ini padanya. Ia merasa diperhatikan dan disayang. Sungguh, itu adalah pagi yang indah.

Marrying A Prince ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang