Sejujurnya, Eisa merasa ragu dengan ucapan sang suami. Ibu hamil itu berniat melanggar janjinya sendiri, dan sebagai balasannya Eisa merasakan satu tendangan dari dalam perutnya. Eisa terdiam, dengan mata memelotot. Jemari tangannya tanpa sadar menyentuh perutnya lagi, dan kali ini dia merasakan tendangan baru. Seolah-olah para bayi di dalam Eisa memperingati Eisa untuk tidak melanggar ucapan Juan.
"Astaga... apa-apaan ini, mereka sekarang menendangku?" ucap Eisa sembari menyentuh perutnya sendiri.
Meskipun sempat terkejut, lambat laun sudut bibir Eisa tertarik sedikit demi sedikit. Apalagi setelah dirinya diperiksa dokter kandungan, dan mengatakan jika bayi di dalam kandungannya sehat. Tendangan mereka membuat Eisa sadar, jika dirinya harus fokus memperhatikan buah hatinya, dibanding memikirkan balas dendam.
"Baiklah. Karena ini permintaan anak-anaknya Juan, aku tak bisa memaksakan diri untuk melibatkan mereka dalam dendamku juga," gumam Eisa.
Satu persatu persiapan dan pembelajaran prenatal dilalui Eisa dengan lancar. Termasuk melakukan yoga khusus ibu hamil, yang dipandu oleh orang profesional yang sudah Juan sewa. Eisa memutuskan untuk mengikuti yoga ini dengan baik, meskipun dia sedikit terkejut dengan kedatangan Juan yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Kenapa kau keluar kamar? Dan... kau bahkan melepaskan perbanmu?" tanya Eisa.
Juan menunjuk tangannya yang baru pulih. Dia lalu berkata, "Aku bosan duduk di kamar, dan pelatih bilang aku bisa melakukan yoga pasangan denganmu."
"Tapi tanganmu..." Belum sempat Eisa mengakhiri ucapannya, Juan sudah lebih dulu menjawab, "Aku datang ke sini untuk menemanimu, dan melakukan gerakan-gerakan yang ringan saja."
"Kenapa kau tidak membertahuku, bahwa anakku sekarang sudah bisa menendang?" tanya Juan.
Eisa membalas, "Itu... aku pikir... ini bukan hal penting yang harus aku sampaikan padamu."
"Ini penting. Sangat penting. Perkembangan anak kita tak ingin aku lewatkan lagi, Eisa. Jadi, beritahu aku ketika mereka menendangmu lagi," pinta Juan.
Eisa tak bisa mengatakan jika tendangan itu, disebabkan oleh Eisa yang ingin melanggar ucapan Juan padanya. Wanita itu hanya bisa menganggukkan kepala, lalu mengajak Juan untuk fokus mengikuti yoga.
"Sekarang Tuan dan Nyonya silakan saling berhadapan dan saling menatap satu sama lain," pinta pelatih yoga wanita di depan Eisa.
Eisa mengikuti bimbingannya untuk berhadapan dengan Juan yang tersenyum tipis padanya. Pria yang tengah duduk itu menyentuhkan lututnya dengan lutut Eisa, tanpa menurunkan sudut bibirnya sedikit pun. Tatapan hangat Juan membuat Eisa merasakan jantungnya berdetak kencang.
"Selanjutnya, taruh tangan kanan di depan dada, dan tangan kiri di perut Nyonya Eisa," kata pelatih.
Juan mengikuti perintah pelatih, begitu pula dengan Eisa yang menaruh tangan kanannya di depan dadanya sendiri. Wanita itu bisa merasakan tangan kiri Juan menyentuh perutnya, bersamaan dengan jemari tangan Eisa yang mendarat di samping tangan Juan.
"Setelah itu, tutup mata Tuan dan Nyonya, lalu dengarkan detak jantung kalian, bersamaan dengan detak jantung adik bayi," pinta pelatih.
Eisa menutup kelopak matanya, begitu pula dengan Juan yang ikut menutup kelopak matanya. Mereka mendengarkan dan merasakan detak jantung masing-masing dalam diam, sampai Eisa bisa merasakan usapan lembut Juan pada perutnya yang menyambut baik sentuhan Juan.
Eisa dan Juan yang menutup mata dengan senyuman tipis, membuat sang pelatih ikut tersenyum. Wanita itu lalu melanjut, "Tutup mata, dan ucapkan jika kalian menyayangi adik bayi, dan melakukan yoga untuk kesehatan adik bayi, Ibu dan juga ayahnya."
"Berikan adik bayi kata-kata positif, dan betapa kalian menanti kedatangannya di dunia," lanjut sang pelatih.
Eisa menganggukkan kepala, tanpa membuka kelopak matanya sedikit saja. Wanita itu menggumamkan betapa dirinya menunggu kehadiran bayi kecil di dalam perutnya. Begitu pula dengan Juan yang masih setia mengusap-usap perut Eisa tanpa diminta.
Juan bergumam, "Semoga kalian tumbuh sehat, dan lahir dengan lancar. Ayah menunggu kehadiran kalian."
"Tapi... jika suatu saat nanti, Ayah tiada... Ayah harap kalian bisa melindungi Ibu kalian. Jangan tinggalkan dia sendiri," ucap Juan dalam hati.
Juan berpamitan, dan sebagai balasannya dia merasakan tendangan dari perut Eisa. Kelopak mata Juan langsung terbuka lebar, begitu pula dengan Eisa yang merasakan pergerakan di dalam perutnya. Wanita itu menundukkan kepala, melihat Juan tersentak kaget dan menarik telapak tangannya dari perut Eisa.
"Anak kita baru saja menendang tanganku," ucap Juan.
Eisa mengernyitkan kening. Dia teringat saat dirinya membuat bayi di dalam perutnya beraksi. Wanita itu lalu bertanya pada sang suami. "Apa yang baru saja kau pikirkan, sampai anak kita menendang seperti ini?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMAFIA [Junhao] Republish
Hayran KurguCita-cita Eisa adalah menjadi seorang mafia disegani seperti sang Ayah. Namun, dia malah mengandung anak dari pewaris manja, yang sering dirisak saudaranya. Karena Eisa mengandung sebelum menikah, Eisa akhirnya diusir sang Ayah. Sementara orang yang...