Di antara redupnya sinar mentari, dan kelopak bunga mawar layu yang bertebaran. Eisa mencoba untuk mengenali pria di depannya. Dia awalnya berpikir jika sang suami, yang sudah membawanya pergi.
Namun, ketika Eisa melingkarkan tangannya pada leher pria yang sudah menggendongnya, Eisa bisa mencium aroma yang berbeda jauh dari sang suami. Dia memelototkan mata, dan melepas pegangan tangannya pada leher pria di hadapannya. Setelah itu, pria yang menggendongnya tersenyum tipis. Di balik poni rambutnya yang tersingkap, Eisa bisa menemukan luka yang sama dengan pria dalam mimpinya.
"Kau bukan Juan, tapi kembaran Juan. Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Eisa.
Eisa tak memberontak dalam gendongan Juna. Dia masih ingin mencari tahu apa tujuan Juna sebenarnya. Lagi pula, Eisa masih ingin bersikap tenang, tanpa terjatuh dari gendongan pria di hadapannya. Namun, karena pria di hadapannya tak menjawab, Eisa menarik kerah bajunya untuk mendesak, "Apa yang kau mau dari suamiku? Kenapa kau menjebaknya?"
Bukannya menjawab, tarikan pada kerah Juna malah membuat Juna menghirup aroma rambut Eisa. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Eisa. Dia ingin mencuri kecupan dari wanita yang sudah bersuami, tetapi Eisa langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
Penolakan Eisa membuat Juna tertawa. Pria itu kemudian berbisik tepat di samping telinga Eisa, "Aku ingin semua yang dia miliki, termasuk kau."
•••
Juan sibuk menunggui Giselle bersalin, bersama dengan sang ibu mertua. Apalagi usia kandungan Giselle masih muda, dan bayi yang dilahirkan termasuk ke dalam golongan bayi prematur yang memerlukan penanganan dokter lebih lanjut. Semua Juan lakukan atas permintaan sang istri dan sang ibu.
Suara tangisan bayi, dan tangan mungil yang menggemaskan, berada dalam pengawasan tenaga kesehatan. Bayi itu terlahir lemah, sehingga para tenaga medis harus dua kali lipat memberinya bantuan untuk bertahan hidup.
Ketika Juan melihat ke arah bayi kecil di depan matanya, Juan teringat pada mimpi kecilnya yang tak tergapai. Dia pernah bermimpi untuk hidup bahagia dan memiliki banyak anak bersama Giselle. Namun, sekarang? Setelah patah hati karena Giselle meninggalkannya menikah dengan musuhnya sendiri. Juan harus menerima fakta jika Giselle bahkan pernah memiliki hubungan dengan orang yang mirip dengannya.
"Juan?" panggil sang ibu.
Lamunan Juan buyar, dan dia langsung melirik ke arah sang ibu. "Ya, Bu?"
"Ada banyak yang ingin Ibu jelaskan padamu, tapi sepertinya sekarang... belum waktu yang tepat," kata sang ibu.
Juan mengangguk mengerti. "Tidak masalah. Sekarang ibu fokus saja pada bayi yang sedang dirawat. Lagi pula, setelah ini... aku mengantarkan istriku dulu."
Juan menahan rasa keingintahuannya pada bayi kembar yang ada di foto. Pria itu memutuskan untuk berbalik, dan memastikan keadaaan sang istri. Namun, setelah Juan menginjakkan kaki di tempatnya terakhir kali meninggalkan Eisa, wanita hamil itu menghilang entah ke mana.
"Eisa?"
Juan mencoba menelepon sang istri, untuk mencari tahu keberadaannya. Akan tetapi, ponsel Eisa dimatikan, dan parahnya dia tidak menghubungi Juan akan pergi ke mana. Hal itu membuat Juan mengernyitkan kening, dia mencoba bertanya pada petugas, tapi tak ada satu pun yang tahu keberadaan Eisa. Selain melihat Eisa berjalan terburu-buru ke luar rumah sakit.
"Di mana dia?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMAFIA [Junhao] Republish
FanfictionCita-cita Eisa adalah menjadi seorang mafia disegani seperti sang Ayah. Namun, dia malah mengandung anak dari pewaris manja, yang sering dirisak saudaranya. Karena Eisa mengandung sebelum menikah, Eisa akhirnya diusir sang Ayah. Sementara orang yang...