37. Jalan Keluar (1)

120 27 0
                                    

Eisa sedikit demi sedikit mengamati tempat dan suasana di mana dirinya berada. Dia menggunakan otaknya untuk merancang skenario, yang dapat membuat Juna merasa senang, sekaligus melepaskannya tanpa siksaan. Terlebih lagi, Eisa sedang mengandung dan membutuhkan banyak perhatian khusus untuk keselamatan sang buah hati. Jika saja, Eisa masih tetap mempertahankan egoisnya, sudah pasti sang buah hati akan menjadi korban.

"Cara membuat Juna senang, tanpa menyakiti bayi dalam kandunganku. Apa yang harus aku lakukan?" gumam Eisa.

Sebelum mengandung bayi Juan, Eisa bebas melakukan apa pun. Dia terbiasa menjalani banyak misi untuk merayu banyak pria, tapi tak sampai berhubungan seperti yang dia lakukan pada Juan. Sedikit demi sedikit, Eisa kembali mengingat-ngingat pengalamannya dulu. Dia mencari-cari tipe pria yang sama seperti Juna. Hingga akhirnya, pintu kamar terbuka menampilkan Juna dengan rambut acak-acakan, dan kemeja kusut.

Entah apa yang baru saja pria itu lakukan. Namun, Eisa bisa melihat mata sembap khas orang yang baru saja menangis. Eisa tak tahu apa yang terjadi pada Juna, tetapi dia bisa melihat Juna kembali naik ke atas ranjang, dan menerkam Eisa seperti hewan buas yang terlepas dari kandangnya.

Sejujurnya, setelah mendengar cerita hidup Juna dari para wanita, hormon kehamilan membuat Eisa merasa sedikit kasihan. Meskipun Juna diambil oleh keluarga mafia kaya, tetapi pria itu tak pernah mendapatkan kasih sayang, dan selalu disiksa untuk menjadi pelampiasan emosi ayah tirinya.

Lalu sekarang? Juna tumbuh menjadi sosok pendendam dan pembenci sekaligus. Akan sulit bagi Eisa untuk meluluhkan hati Juna. Dari sorot mata tajam, dan penuh mendominasi, Eisa bisa menebak jika Juna benci dikasihani.

Juna menyentuh dagu Eisa, kemudian memaksa Eisa mendongak menatap bola matanya. Pria itu memberitahu, "Bukannya mencarimu, suamimu malah mengurus mantan kekasihnya."

"Lalu kau? Kau bersikeras menolakku, hanya demi suamimu itu. Dia tidak akan datang kepadamu, jadi jangan sok jual mahal," peringat Juna.

Eisa menurunkan sudut bibirnya. Untuk melepaskan diri dari Juna, dia harus bertahan dengan sikap Juna yang tak bisa dia mengerti. Eisa berpura-pura merasa sedih, sebelum membalas, "Suamiku sudah tidak mempedulikanku lagi. Dia pasti senang, mendapatkan mantan kekasihnya, karena wanita itu sudah dibuang suaminya. Jika begini... untuk apa kau masih mengurungku di sini? Aku tidak berguna apa pun untukmu."

Juna membalas, sembari membelai helaian rambut Eisa, "Kau sepertinya lupa. Jika aku ingin memiliki sesuatu, aku akan melakukannya sampai tujuanku tercapai."

"Sebelum aku memiliki apa yang Juan miliki, aku tak akan melepaskanmu begitu saja," bisik Juna.

Eisa menahan umpatannya ketika merasakan sentuhan Juna merambat ke lehernya. Dia masih ingat saat Juna mencekiknya, karena berniat melarikan diri. Langsung saja, Eisa bertanya, "Kalau begitu apa yang bisa aku lakukan, untuk membuatmu senang, dan melepaskanku?"

"Jadilah wanitaku, sampai aku bosan bermain-main denganmu," ucap Juna dengan senyuman lebar.

Dari penolakan Eisa kemarin, Juna berpikir Eisa akan kembali menolaknya, oleh karena itu Juna mempersiapkan banyak hukuman untuk membuat Eisa menurut. Namun, kali ini Eisa tiba-tiba menjawab, "Baiklah. Kau bebas memperlakukan sebagai wanitamu."

Juna tersenyum puas, lalu menepuk-nepuk kepala Eisa. "Rupanya borgol ini mempan juga untukmu. Seharusnya wanita hamil sepertimu sadar diri dan tidak memberontak."

Ucapan Juna memancing emosi Eisa. Eisa paling tidak suka jika dirinya direndahkan. Namun, demi keselamatan bayi dalam kandungannya, mau tak mau Eisa menahan emosi. Wanita itu mengangguk, dan menjawab, "Ya. Aku terlalu sombong. Tapi sekarang, aku sudah menyadari tempatku di mana."

Juna mengernyitkan kening, mendengar suara umpatan Eisa kemarin, berubah menjadi suara lemah lembut penuh kepatuhan. Dia awalnya masih belum percaya, dan memberi tatapan ragu kepada Eisa. Oleh karena itu, Eisa akhirnya menggigit bibirnya, baru kemudian memberanikan diri untuk menjatuhkan satu kecupan di pipi Juna.

•••

MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang