49. Mantan Putri Mafia (2)

114 20 0
                                    

Eisa mungkin tak bisa membantu Juan menangkap Juna. Namun, dirinya memanfaatkan kemampuan yang dia miliki untuk bergegas pergi, dan menghentikan bom yang akan memasuki rumah.

Berbekal dengan pengetahuan di masa lalu, dan penjelasan yang diberikan Juan, Eisa berhasil sampai di rumah keluarga Wen. Ketika matanya melihat Giselle memasuki rumah dengan sebuah paket, Eisa segera berlari dan berteriak, "Giselle!"

"Hentikan wanita itu, dan jangan biarkan dia menyimpan paketnya di rumah, apalagi di dapur!" peringat Eisa.

Kedatangan Eisa dan para pengawal membuat Ibu Juan menatap heran ke arahnya. Wanita itu kaget, melihat kadatangan Eisa yang memasuki rumahnya tanpa izin. Dia ingin bertanya, dan Eisa sudah lebih dulu menjelaskan, "Jangan halangi aku hari ini untuk masuk ke rumah, Bu! Giselle baru saja membawa bom pemberian Juna, lewat paket alat masak!"

"Jika paket itu berada di dapur, apalagi berdekatan dengan kompor... sebentar lagi bomnya akan meletus!" jelas Eisa.

Ibunya Juan merasa khawatir, dan Eisa memerintahkan semua pengawal untuk segera menyusul Giselle, sekaligus menangkap pergelangan tangan Giselle. Giselle jelas panik, dan hampir menjatuhkan paket yang ada di tangannya ke lantai. Namun, Eisa memintanya untuk tidak banyak bergerak, apalagi ketika telinganya mendengar bunyi yang ada di balik kotak.

Dari suaranya, Eisa bisa menebak waktu yang tersisa sebelum bom itu meledak. Dia akhirnya meminta Giselle memegangi paket itu, tanpa berniat menjatuhkan dan menggerakan paketnya ke sana ke mari. "Tunggu, sebentar... biar aku periksa," pinta Eisa.

Bagaimana bisa menunggu? Ketika Giselle tahu paket yang dia pegang berisi benda berbahaya. Tangan Giselle bergetar hebat, dia ingin membuang benda di tangannya. Namun, para pengawal sudah lebih dulu menghentikan pergerakan tangannya.

"Nyonya Eisa mengatakan, diam... berarti diam. Jangan banyak bergerak," ucap salah satu bawahan Juan.

Para pengawal Juan mencoba melindungi Eisa dengan melapisi Eisa baju pelindung. Sementara itu, Eisa sibuk membuka bungkus paket, setelah memastikan suara perhitungan bom yang terus mengencang. Perlu ketelitian, dan kesabaran. Eisa melakukannya dengan jantung berdetak kencang, begitu pula dengan Giselle yang memegangi kotak meskipun tangannya bergetar dan air matanya menetes.

"Aku... aku... hanya berniat melindungi diriku dan juga anakku sendiri. Aku tak tahu, jika pria itu menipuku lagi," ucap Giselle.

Eisa menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Diam, dan tenanglah. Jadikan kesalahanmu ini sebagai pelajaran di lain waktu, jadi berhenti merengek."

Dengan senjata dari peti milik sang ayah, Eisa akhirnya berhasil meluluhkan bom di hadapannya. Wanita itu mengeluarkan napas lega, sementara Giselle langsung pingsan tak sadarkan diri. Pertolongan Eisa ini membuat Ibunya Juan langsung memeluk, dan mengucapkan permintaan maaf pada Eisa.

Di saat wanita itu menganggap Eisa adalah wanita berbahaya yang berasal dari keluarga kriminal, ternyata keterampilan yang Eisa miliki di masa lalu bisa menyelamatkan rumah beserta nyawa orang-orang di dalam rumah.

"Maafkan, Ibu.... Karena ketakutan Ibu di masa lalu, Ibu tak bisa melihat kebaikan hatimu."

"Ibu... Ibu... Ibu... merasa sangat bersalah."

"Tapi kali ini, Ibu tidak akan mengungkit soal masa lalumu lagi. Sekarang kau adalah menantu Ibu, menantu keluarga Wen, sekaligus Ibu dari pewaris keluarga ini," ucap Ibunya Juan.

Kebahagiaan menyelimuti perasaan Ibunya Juan ketika dirinya lolos dari bahaya. Hal ini membuat Eisa menarik dan mengeluarkan napas panjang. Wanita itu menunggu kabar penangkapan Juna lebih jauh, meskipun yang selanjutnya terjadi, malah membuat telinga Eisa berdengung sakit.

"Tuan Juna berhasil ditangkap, tapi Tuan Juan tewas tertembak bawahan Tuan Juna."

Detak jantung Eisa kembali berdetak kencang. Eisa tak bisa berpikir jernih, memikirkan apa yang telah terjadi pada sang suami. Wanita itu berusaha menyusul tempat di mana Juan berada. Dia bahkan tak sadar, ketika cairan merah mulai merambat jatuh dari kakinya, menuju lantai rumah yang putih.

"Nyonya! Anda sebaiknya dibawa ke rumah sakit."

Eisa menggelengkan kepala, dan berniat untuk menyusul Juan. Namun, perutnya tiba-tiba terasa sakit, bersamaan dengan jatuhnya tetesan air mata pada kedua pipinya.

"Juan."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAMAFIA  [Junhao] RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang