Dony pergi dari cafe itu setelah Lala dan Eko. Mereka ke arah yang sama dari cafe itu. Jaraknya dengan Lala tidak terpaut jauh. Sesekali Dony melihat dua orang di atas vespa itu. Mereka sepertinya sedang mengobrol. Entah apa yang mereka obrolkan, sepertinya seru sekali. Dony menarik bibir sebelah kirinya, menertawakan dirinya sendiri, aneh.
Kenapa hatinya tidak karuan?
Dony bertanya pada hatinya. Ini baru malam ke lima setelah pertemuan pertamanya dengan cewek aneh itu, si singa betina. Kenapa hatinya mesti bersedih melihat cewek itu berboncengan dengan si pemuda desa?
Dony mencoba merunut perasaannya. Awal tawarannya pada cewek itu untuk mengajaknya bersama ke Temanggung hanya karena kasihan. Cewek itu tidak punya pilihan untuk ke kota yang setujuan dengannya. Sudah itu saja. Tapi kasihan itu bertambah ketika dia tahu kalau Lala mencari ibunya.
Ibu...
Dony menelusuri ingatannya sendiri mengenai ibunya. Ibunya yang sering menangisi ayahnya. Disisi lain ibunya juga sangat menyayanginya. Memanjakannya, perhatian padanya, Dony tidak pernah kekurangan. Kecuali, sikap ibunya yang sering teriak marah-marah padanya kalau hatinya sedang tidak enak. Teriakan yang memekakkan telinganya sedari kecil.
Sikap ibunya itu membuatnya ingin selalu pergi dari rumah. Apalagi saat ayahnya pulang di rumah itu, keributan pasti tidak terelakkan. Tidak seperti Lala yang mencari-cari keluarganya. Keluarga Dony lengkap, selalu hadir di sekitarnya, tapi bukannya tentram malah keributan yang selalu hadir. Membuatnya lebih memilih pergi.
Bianglala...
Dony menyebut lirih nama itu, ketika Lala tampak lagi dalam pandangannya setelah sempat terjeda beberapa saat terhalang kendaraan lain. Cewek yang nekat, keras kepala, tapi sekaligus sangat polos. Tekadnya luar biasa. Disaat Dony memilih meninggalkan rumah karena orang tuanya, cewek nekat itu malah susah payah mencari ibunya. Hal itu menarik perhatiannya.
Pencarian Lala membuat hatinya terketuk untuk mengingat ibunya. Ibu yang 3 tahun terakhir jarang ia kunjungi meskipun berada di kota yang sama. Bahkan setahun terakhir dia tidak pernah bertemu dengannya. Ibu yang menghancurkan hatinya. Iya, ibu yang sangat sayang padanya, justru membuat hatinya hancur.
Dony tidak membenci ibunya. Dia hanya merutuki sikap ibunya yang membuat hatinya hancur 3 tahun yang lalu. Ibunya terlalu sayang padanya katanya. Ibunya itu membuat perempuan yang sudah 8 tahun bersamanya memilih untuk menyerah berelasi dengannya lagi. Iya, perempuan cantik yang fotonya menjadi background lockscreen hp-nya.
Sudah 3 tahun lamanya hubungan itu kandas. Dony masih merasakan hancur hatinya. Dia tidak menyesalkan perempuan yang meninggalkannya. Dia menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa meyakinkan perempuan itu untuk tetap bersamanya. Menyesalkan dirinya yang tidak bisa meyakinkan ibunya untuk merestuinya.
Apalagi alasan ibunya sangat klise, harta. Perempuan yang sudah bersamanya selama 8 tahun itu hanya menginginkan hartanya, begitu dugaan ibunya.
Entah bagaimana ceritanya, ibunya berhasil membuat perempuan yang sudah bersamanya selama 8 tahun memilih mundur. Dony sangat marah akan hal itu.
Bianglala....
Cerita orang tua Lala yang dikisahkan Wati menampar Dony. Dia tidak senekat orang tua Lala yang melawan restu. Meskipun berujung pilu, tapi mereka memperjuangkan cinta mereka. Sedang dia tidak pernah mengambil resiko itu. Ya, cerita itu yang membuatnya cepat pulang kemarin. Bukan perkara tato di lengannya.
Cerita masa lalu. Itu yang sering dicari Dony dalam perjalanannya. Dia ingin sekali berdamai dengan masa lalunya. Mencari warna masa lalu hanya alasan untuk mencari sudut pandang lain memandang masa lalunya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
RandomSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...