45 Jangan

2K 226 192
                                    

Lala tidak membalas pesan terakhir Dony. Desy yang mengirim foto itu ke anaknya.

Untuk apa? Lala bertanya-tanya sendiri.

Setelah bertemu dengan Desy saat membahas brand barunya, Lala pikir orang tua Dony menyetujui hubungan mereka. Pun ayahnya terang-terangan mendukung hubungannya dengan Dony. Dia akhirnya luluh pada perasaannya. Lala membuka gerbang hatinya untuk cowok itu. Menghapus garis demarkasi yang dibangunnya kuat-kuat.

Orang tak berpunya tetap boleh jatuh cinta, bukan?

Lala tidak insecure perkara harta. Yang dia pikirkan perkara omongan orang lain, tetangganya, orang tua Dony dan keluarganya. Lala pikir dia akan bisa melewati semuanya bersama pacaranya, Dony. Cinta katanya kuat. Sekarang Lala disibukkan dengan membangun pondasi hubungannya. Sejauh ini Dony sangat dewasa dalam menyikapi banyak hal. Membuat Lala percaya pada cowok itu. Juga percaya pada hubungan mereka.

Tapi, perkara cemburu sepertinya lain cerita. Gara-gara cemburu, Dony tahu bagaimana perasaan Lala sebenarnya. Membuatnya berani menyatakan perasaannya. Dan status hubungannya meningkat jadi pacaran.

Tapi gara-gara cemburu juga, Lala tau hal yang selama ini ditakutinya. Iya, karena cemburu. Mungkin kalau tidak cemburu, Dony tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Menyembunyikan kalau mamahnya yang mengirim pesan. Menjaga perasaan Lala, supaya semua hubungannya tampak aman-aman saja. Main aman.

Foto cowok yang Dony kirim, dia designer website untuk 'Luna'. Mereka membahas mengenai konsep rancangannya. Desy yang mengundang Lala, karena Lala sudah terlibat cukup dalam untuk proses produk baru itu. Mereka hanya berdiskusi perkara tone warna dan tema yang dipakai dalam konsepnya.

Pesan terakhir Dony membuat Lala berpikir ulang. Mungkinkah Desy tidak merestui mereka, duga Lala.

Mas, I've told You so. We can't make it.

Begitu pesan yang dikirim Lala akhirnya. Hanya centang satu, cowok itu mungkin sudah kembali ke zona susah sinyal. Ah, perasaan Lala dibuat tidak karuan. Apakah cinta pertamanya harus kandas di tengah jalan? Semudah itu? Lala cepat menyimpulkan sendiri.

_________

Pukul 08.15 malam, pesan itu masuk ke hp Dony. Entahlah, kadang memang ada sinyal yang lewat. Daerah itu susah sinyal, bukan berarti tidak ada sinyal. Di titik-titik tertentu di kawasan itu dapat sinyal yang lumayan. Sialnya, saat ada sinyal pesan tidak enak dari Lala yang masuk ke hp-nya. Membuat hati Dony tak karuan tiba-tiba. Ribut saat berjauhan itu sangat tidak menyenangkan.

Cemburu memang menyakitkan, tapi khawatir ditinggalkan lebih memusingkan. Apalagi mereka sedang berjauhan. Dia bilang ke Lala hanya memberi peringatan, supaya Lala tidak berlebihan. Bukan karena hal lain. Tapi sepertinya Lala sudah mengartikan berlebihan. Sepertinya ketakutan yang membuat Lala begitu. Dony cepat menyadarinya.

Ah, jangan-jangan karena dia menyebut mamahnya yang mengirim foto itu, Lala jadi berpikir macam-macam.

Malam itu Dony sedang berkumpul dengan tim yang sedang melakukan observasi untuk Owa Jawa. Di Petungkriyono, Pekalongan. Hutan hujan tropis disana jadi salah satu habitat asli Owa Jawa di Jawa Tengah. Dony dengan tim yang melakukan pengamatan sedang berdiskusi dengan warga setempat mengenai primata itu.

Kali ini Dony hanya sebagai pendengar. Pikirannya terbelah. Situasi seperti itu menyebalkan sekali. Disaat ada kesempatan untuk mendalami yang kita sukai, tapi ada yang membuat pikiran tidak tenang.

Tapi Dony sadar, hal itu karena ulahnya sendiri. Dia terburu-buru ingin membahas perkara itu ke Lala. Mestinya dia bisa menundanya sampai mereka bertemu. Komunikasi saat berjauhan apalagi pesan singkat tanpa intonasi potensial sekali menjadi biang masalah.

Warna Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang