Sebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...
Eko tidak langsung mengajak Dony dan Lala ke rumahnya, dia malah ikut masuk ke area Candi Pringapus. Menyapa Pak Jupel sebentar di bangunan kecil di pojok area candi. Membiarkan Dony dan Lala menunggu. Setelahnya dia kembali ke Dony dan Lala lagi.
"Kalian suka ke candi gini?" tanya Eko.
"Ehm, saya suka Mas," ujar Dony.
Lala memandang Dony. Kok malah bahas candi si, tujuan utamanya bukan itu.
"Ini candi Siwa," ujar Eko.
Dony menyimak dengan seksama. Sepertinya bukan kali pertama dia ke candi. Cowok itu kan suka masa lalu. Lala menghela nafas, harapannya harus dipupuk pelan-pelan.
"Arca Nandi tentu jadi penanda yang jelas ya," ucap Eko, seolah Dony dan Lala paham. Ujarnya, "Itu arcanya lebih besar dari pintunya lho."
Lala dengan polos berpikir bagaimana cara memasukkan arca itu, dia masuk dalam teka-teki yang dibuat Eko.
"Berarti arcanya diletakkan dulu, sebelum proses membuat atapnya?" tanya Dony. Lala baru kepikiran hal itu.
"Mungkin demikian, atau kemungkinan lain, arcanya di pahat di dalam,"
Dony berpikir sejenak, "Cara pertama lebih memungkinkan, lebih mudah,"
"Iya, mungkin semuanya si. Kalau kita mikirnya pakai teknik jaman sekarang begitu, siapa tau jaman dulu ada teknik yang kita ga tau?" Eko memberi teka-teki lagi. Lala hanya menyimak percakapan dua laki-laki di depannya.
Dony menyimak ucapan pemuda desa itu. Perspektif masa kini mungkin berbeda dengan perspektif masa lalu.
"Ah, mungkin juga dulu sekenanya waktu mugar, mungkin saja. Dulu katanya tahun 1930-an pernah dipugar bangsa kolonial juga soalnya," ujar Eko.
Dony mengangguk kecil, mencoba paham. Lala sedikit tidak peduli, tujuannya adalah merealisasikan harapannya.
"Ini Kala-nya juga beda, katanya si kala seperti ini ga ngetrend di Jawa Tengah,"
"Iya, tadi Pak Jupel udah cerita," ujar Dony.
"Oh, udah diceritain. Kalakirthimuka, monster tanpa badan, pemakan segalanya. Seperti Siwa sang Dewa Penghancur. Seperti waktu, melahap apa saja," Eko seperti bermonolog.
Eko tersenyum, "Kalau dari arca Nandi di dalam situ, mestinya ini bukan candi utama, tapi candi wahana atau perwara," ujar Eko yang menyebutkan jenis candi yang memungkinkan Candi Pringapus bukan candi tunggal.
"Kayak di Prambanan ya?" tanya Dony.
"Betul, Nandi ini tunggangannya Dewa Siwa, mestinya ada Candi Siwanya," ujar Eko.
"Ehm, berarti ini mestinya kompleks besar?" tanya Dony antusias.
"Iya, mungkin saja, tapi bencana melahapnya," ujar Eko memandang Gunung Sindoro di kejauhan, lalu berjalan keliling ke sekitar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.