52 Konsekusi Sebuah Langkah

1.4K 207 133
                                    

"Ayah mau tes DNA," ucap Harwan pelan namun tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah mau tes DNA," ucap Harwan pelan namun tegas.

Kalimat pendek dari Harwan membuat Dony dan Lala menghentikan langkahnya. Kedua muda mudi itu sudah pesimis sebelumnya. Tapi rupanya rencana semesta berkata lain. Harwan mau untuk melakukan tes DNA. Mereka bertiga lekas menuju rumah sakit dimana Nana dibawa oleh Sasya dan Nyoman.

Dony melakukan panggilan telepon beberapa kali. Meminta bantuan pada Luna untuk menyiapkan semuanya. Untungnya Luna merespon cepat.

Harwan hanya terdiam di seat belakang mobilnya. Bukan karena omongan panjang lebar Dony yang membuatnya tergerak. Fifty-fifty, hanya frasa itu yang diingatnya. Tapi berita kalau gadis bernama Nana sedang dibawa ke rumah sakit yang menggugah hatinya. Iya, fifty-fifty.

Hati Harwan tersindir, bagaimana Dony juga teman-temannya yang bukan siapa-siapa mau mengupayakan banyak hal untuk gadis itu. Bagaimana kalau benar dia ayah biologisnya?

Dan Asih... Ah, perempuan itu. Perempuan yang membuatnya jatuh cinta. Sekaligus pernah membuatnya begitu terluka. Pengkhianatan, begitu Harwan menyebutnya. Bagaimana Asih memilih pergi meninggalkan ia dan putrinya. Sedang, bagaimana rasanya pada Asih? Cintanya sudah habis. Tapi marah itu juga sepertinya sudah habis.

Kenekatan Lala untuk minggat mencari ibunya, berbuntut panjang. Begitulah bagaimana setiap langkah memiliki konsekuensinya masing-masing. Bertemunya Lala dengan Asih, membuat mereka kini justru bertemu dengan gadis bernama Nana. Seperti kotak catur yang berwarna hitam dan putih dengan segala resikonya masing-masing, kali ini Harwan memilih langkah untuk mengikuti permintaan anaknya.

Tiga orang di mobil semuanya larut dalam diam. Ada kekhawatiran pada Nana, ada juga kecemasan dengan proses tes DNA. Pikiran Lala terbang kemana-mana. Tiba-tiba dia dihinggapi kegalauan, bagaimana kalau hasilnya tidak seperti yang ia harapkan? Apakah dia akan marah pada ibunya? Apakah dia tidak akan sayang lagi pada Nana? Bagaimana dengan ayahnya? Akankah menambah luka hatinya?

Sempat terlintas di otak Lala untuk membatalkan rencana tes itu. Lala melirik ayahnya dari kaca spion tengah mobil. Pria paruh baya yang sangat ia sayangi, memandang keluar jendela mobil. Mungkin memiliki kegalauan yang sama besarnya.

Dony memandang Lala, memahami kecemasan kekasihnya itu. Tapi saat ini, tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan untuk sekedar menenangkan. Dony hanya meraih tangan Lala, menggenggamnya beberapa detik. Menatap teduh. Lala tersenyum tipis.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung mencari Luna. Dony yang memandu, sepertinya dia sangat hafal dengan rumah sakit itu. Harwan sedikit heran saat beberapa orang juga menyapa Dony dengan hormat. Siapa sebenarnya cowok itu? batin Harwan.

Setelah bertemu Luna, mereka diajak ke bagian yang mengurus tes DNA. Mereka berbincang sebentar dengan seorang dokter. Sedikit wawancara menanyakan keperluan melakukan test. Dalam kesempatan itu juga Lala bercerita kalau orang yang diduga adiknya sedang sakit, di rumah sakit itu juga. Dokter itu mengerti.

Warna Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang