Dony dan Lala sudah sampai di sebuah restoran shabu. Di meja mereka sudah lengkap banyak bahan makanan untuk shabu juga grill. Lengkap, tidak seperti di Temanggung. Dua orang itu sudah menghadapi saus pencelup di depan masing-masing. Setumpuk sayuran di sisi meja. Juga berbagai jenis daging, bakso dan seafood.
Dua orang itu juga sudah memegang sumpit masing-masing. Lala mengambil nasi, Dony tidak, sepertinya Dony ingin menghabiskan banyak daging saja. Cowok itu mulai memasukkan beberapa slice daging ke pemanggang di tengah meja. Lala memasukkan beberapa sayuran ke alat perebus berkuah tom yum di sisi meja.
Dony banyak tersenyum, sambil melirik Lala. Dia masih tidak percaya dengan kejadian yang baru terjadi tadi. Termasuk sesederhana membonceng cewek di depannya. Lala terus menyibukkan diri, menghindari lirikan cowok itu. Rasanya tak kalah karuan.
"Apa sih Mas, senyum-senyum terus?"
"Lo lucu banget, jangan lucu-lucu dong. Gemes."
Lala cuma manyun, sambil merebus sepotong daging di sumpitnya. Lalu memakannya.
"Medium, rare?" tanya Dony memberi pilihan tingkat kematangan daging yang dipanggannya.
"Well done," ujar Lala, dia suka daging matang sempurna.
Dony mengambilkan daging yang dikehendaki Lala. Meletakkannya di mangkuk Lala.
"Makasih," ucap Lala.
"Kembali, kasih," timpal Dony.
Lala mencebik, sok manis tu cowok. Dony kembali tersenyum, gemas sendiri.
"Jadi mengenai tulisan gue..."
"La, makan dulu lah," potong Dony.
"Bukannya tadi Lo yang bilang bahas sambil makan?"
"Iya, tapi makan dulu aja."
Lala menurut, dia cuma mengalihkan perasaannya yang masih tak karuan. Dia sudah beberapa kali makan dengan cowok di depannya, bahkan sejak di Temanggung. Tapi kali ini berbeda. Ajaib rasanya. Dia bahkan sampai tidak berani menatap cowok itu.
"Kok diem, La?"
"Katanya makan dulu."
"Ya, maksudnya ga gitu juga," ucap Dony sambil meletakkan potongan saikoro ke mangkuk Lala.
"Bahas kerjaan ga boleh, terus bahas apa?"
Dony menatap cewek di hadapannya. Lala masih memfokuskan tatapannya ke makanan-makanan di hadapannya. Mengalihkan perasaannya yang tak karuan saat melihat tatapan cowok di depannya.
"Salting Lo emang gitu ya?" tukas Dony.
"Apa sih, Mas?"
Dony menyeringai, gemas.
"Bahas yang lain kan bisa, La."
"Apa?"
"Dek Lala, apa warnamu hari ini?" tanya Dony, memiringkan sedikit kepalanya sambil tersenyum.
Lala melirik cowok itu. Menelan makanan di mulutnya. Dony mengangkat alisnya saat dilirik, menunjukkan kalau cowok itu menaruh perhatian pada jawaban Lala.
"Magenta," jawab Lala, menyebutkan sebuah warna dalam sistem CMYK.
"Eh? Why magenta? Is there something 'blue' today?"
Lala kembali melirik cowok di depannya. Mengangguk pelan beberapa kali. Warna magenta adalah campuran warna biru dan merah, turunan warna ungu tapi lebih banyak merahnya. Banyak orang mengasosiasikannya dengan warna merah jambu. Tapi tidak, merah jambu tidak memiliki unsur biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
РазноеSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...