Pagi hari berikutnya setelah obrolan yang serius, menjadi pagi yang sangat sibuk. Pagi-pagi sekali Dony dan Nyoman sudah di rumah Asih. Banyak hal yang harus mereka urus. Dony dan Lala mengawalinya dengan telepon Desy. Mereka bertelepon cukup lama. Entah apa, telepon yang sangat serius sepertinya.
Setelahnya mereka sibuk mengurusi urusan yang dibagikan pada mereka. Rumah Asih juga sibuk. Tidak ada produksi bolu cukil hari ini. Semua orang yang bekerja pada Asih ikut sibuk dengan banyak urusan. Lala kebagian beberes rumah dibantu Mas Agus. Asih sendiri hilir mudik dari mengecek kebersihan sampai mengurusi dapur yang juga ramai orang. Yu Sam menjadi penanggung jawab dapur hari itu.
Nana pergi bersama Nyoman dan Dony. Entah kemana mereka. Ada sesuatu yang harus dibeli. Berbelanja keliling kota sepertinya. Nana menjadi penunjuk arah kemana mereka mesti pergi.
Sampai sekitar pukul 03.00 sore. Rumah sudah bersih. Semua masakan telah matang dan langsung disajikan di meja makan. Nana, Nyoman dan Dony juga sudah kembali. Nyoman dan Dony sudah berpakaian rapi. Ya, mereka ada acara yang serius sore ini.
Asih dan Lala sudah tidak mengurusi urusan rumah yang lain-lain lagi. Mereka berada di kamar Nana. Bersiap, berpakaian rapi dan sedikit berhias diri, sederhana saja. Saling bantu, Lala membantu membenarkan kerudung ibunya yang berwarna coklat muda. Asih memperbaiki sapuan lipstik berwarna kemerahan di bibir Lala. Menambahkannya sedikit olesan supaya tampak lebih segar, tidak pucat.
"Cantik," puji Asih pada anak perempuannya.
Lala merapikan jilbab ibunya yang sedikit geser dari tempatnya.
"Ibu, jauh lebih cantik," sanjung Lala.
Tanpa dua orang itu sadari, Nana sudah di dalam kamarnya, menyaksikan adegan saling sanjung barusan.
"Nana yang paling cantik!" ucapnya dengan ceria. Dia langsung bergabung dengan dua orang perempuan yang cantik tadi. Memeluk keduanya penuh sayang.
"Iya, Kamu paling cantik!" puji Lala.
"Buruan ganti baju, Na!" perintah Asih.
Nana langsung melakukan perintah ibunya. Bersiap dan berhias juga.
Keriuhan terdengar saat ada rombongan orang naik pick up memasuki halaman rumah Asih. Rombongan keluarga dari Ngadirejo yang datang. Harwan jadi yang terdepan. Mereka langsung memenuhi ruang tamu rumah Asih. Ruangan itu tidak cukup sampai meluber ke teras dan ruang makan.
Keriuhan tiba-tiba hening saat seorang laki-laki berkumis datang, tampak berwibawa. Seorang kiyai yang diundang oleh Harwan. Orang itu langsung dipersilahkan masuk. Asih dan kedua anaknya keluar dari kamar Nana.
Lala menyapu pandangan ke seluruh ruangan, mengamati orang-orang yang hadir. Ada Harwan, Warno, Rani dan Eko, serta beberapa orang berumur. Tentu ia juga melihat seorang berkumis yang sepertinya baru datang. Sedang berbincang dengan Harwan.
Di ruangan yang sama, ada Dony juga, mengenakan atasan batik yang sepertinya baru. Lala tersenyum memandang cowok itu, kemudian Lala langsung duduk di sebelahnya. Asih dan Nana duduk di tempat lain yang disediakan.
"Cantik," puji Dony yang melihat Lala mengenakan kebaya berwarna jingga muda milik ibunya.
"Apa sih," Lala tersipu mendengarnya.
"Ehem..." pria berkumis membuat kode untuk menenangkan hadirin yang masih bercakap-cakap meski dengan suara lirih.
Orang itu memberi pengantar sebentar, bahwa mereka akan melakukan sebuah prosesi pernikahan. Pernikahan siri yang mendadak. Meski hanya pernikahan siri, namun niat baik katanya jangan ditunda. Demikianlah bagaimana kerepotan pagi itu untuk menyiapkan acara yang serius ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
De TodoSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...