Pada masa yang silam, hajatan pernikahan adalah wujud syukur. Perayaan akan tahap baru dalam hidup manusia, pernikahan. Sebagai pemberitahuan kalau hubungan dua manusia berbeda gender sudah sah menjadi suami istri, sudah halal. Pemberitahuan ini supaya tidak menjadi fitnah.
Masih di masa silam, atau mungkin masih tersisa di daerah yang memegang erat tradisi. Hajatan juga menunjukkan solidaritas, kekerabatan dan gotong royong antar manusia. Tapi sekarang maknanya bergeser, menunjukkan perubahan gaya hidup manusia. Munculnya penyewaan tenda, jasa catering, cara pakaian adat, sampai hiburannya sudah berganti. Bentuk transformasi selera manusia.
Satu lagi, hajatan ini menjadi ajang untuk menunjukkan eksistensi dan prestise sosial. Seberapa kaya atau seberapa besar pengaruh seseorang ditunjukkan dalam acara hajatan. Begitu juga yang kondangan. Pihak yang diundang dalam acara hajatan.
Para hadirin yang diundang berlomba-lomba menunjukkan eksistensinya di antara para undangan yang lain. Datang pakai mobil apa, datang dengan siapa, sampai pakai baju apa. Kapan lagi memakai baju bagus, kalau nggak ke kondangan? Bahkan di acara kondangan ini, isi obrolan pun saling menunjukkan pencapaian masing-masing.
Hal tersebut yang dikhawatirkan Lala saat ini. Langkahnya sedikit tergesa karena ragu, mengimbangi langkah Dony yang lebih lebar. Tangannya masih bertaut di lengan kiri kekasihnya itu.
Sesaat sebelum melangkahkan kaki ke ruangan ballroom, Dony menatap kekasihnya. Dia mendapati keraguan di mata Lala. Dony memegang tangan Lala di lengannya dengan tangan kanannya. Memberi senyum yang menenangkan. Lala merasa tentram dengan tatapan teduh itu. Meskipun kepalanya masih diliputi pertanyaan, bagaimana perasaan Dony saat ini?
Pertanyaan itu menghantui Lala. Ada perasaan dia diperlakukan menjadi alat. Oleh Desy dan Dony. Iya, gara-gara pemberian gelang itu. Desy sepertinya ingin menunjukkan kalau kekasih Dony sekarang juga berkelas. Tidak ingin orang tahu status sosial Lala sebenarnya.
"Buat Kamu," ucap Desy saat tadi mengenakan bracelet emas di pergelangan tangan Lala.
Pun pertanyaan yang sama berkaitan dengan Dony. Apakah dia ingin menunjukkan kalau kekasihnya sekarang lebih baik dari pada Mara?
Entahlah. Lala mencoba menghempaskan pertanyaan-pertanyaan itu. Salahnya sendiri menantang Dony untuk hadir di acara itu. Dia ingin membuktikan sendiri kalau kekasihnya itu sudah move on, katanya. Itu penting buat Lala. Meskipun resikonya menghantui pikiran Lala.
Lalal melepas tautan tangannya saat Dony mengisi buku tamu, dia menulis nama 'Dony & Bianglala' di buku tamu itu.
Setelahnya Dony dan Lala masuk ke dalam ballroom. Tangan Lala tidak lagi memegang tangan Dony. Cowok itu sekarang yang meraih tangan kekasihnya. Menggenggamnya erat. Lala sedikit canggung di tempat itu. Dekorasi yang mewah, begitu mengintimidasi. Berulang kali dia melirik Dony untuk mencari tenang. Untungnya Dony selalu memberi senyum dan tatapan yang teduh, lagi menenangkan.
"Mas..." panggil Lala ketika mereka berjalan ke arah pelaminan. Lala menatap Dony tajam.
"Hm?"
"Gimana perasaan Kamu?" tanya Lala apa adanya.
"Biasa aja," jawab Dony singkat.
"Nggak sedih?" tanya Lala polos.
Dony menghentikan langkahnya.
"Bianglala," ucap Dony dengan menatap Lala dalam. "Aku bersyukur hubunganku dengan dia berakhir, karena aku berkesempatan ketemu Kamu."
Lala tersenyum. Dia melepas genggaman tangan Dony, lalu meraih lengan kekasihnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
RandomSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...