"Lo nggak mau ikut? Tumben?" tanya Lala, sedikit meledek.
Dony memandang Lala dengan tatapan aneh, maksudnya apa? Dony menghela nafas panjang, menyabarkan hatinya. Apa Lala memberi harapan? Atau memanfaatkan? Ah, dia malah jadi menaruh kecurigaan pada Lala.
"La..."
"Bentar," Lala memotong kalimat Dony. Ada telepon masuk. Lala mengangkat telepon dulu. Dony berdecak, menunggu.
"Halo, Mas?" ucap Lala begitu telepon diangkat. Dony memandang Lala, menerka siapa yang telepon.
"Sama Mas Dony," Dony menaruh perhatian karena namanya disebut.
"Dia nginep di deket jembatan...." Lala memandang Dony, meminta tolong dengan tatapannya.
"Sigandul," ucap Dony.
"Sigandul," ulang Lala pada si penelpon.
"Ya udah, nanti shareloc aja,"
"Oke, Mas. Makasih," ucap Lala mengakhiri penelponnya.
Dony menatap Lala. Penuh pertanyaan. Seakan bertanya, siapa?
"Mas Eko," jawab Lala, seperti yang Dony duga. Dony menarik nafas, seperti ada yang sakit.
Lala menangkap kegelisahan di wajah Dony, "Gimana tadi mau bilang apa, Mas?"
"Nggak jadi," ucap Dony menggeleng.
"Jadi, mau ikut nggak?" tanya Lala.
"Nanti gue ganggu," ucap Dony ketus.
"Apa sih, Mas. Ya ga ganggu lah, gimana mau ikut nggak?"
Dony menyalakan mobilnya.
"Tadi si Mas Eko bilang ajak Lo sekalian. Dia carikan tempat yang deket penginapan Mas Dony," ungkap Lala. Dony sedikit melunak, tentu saja dia ingin ikut. Gengsi saja karena nggak diajak sedari awal.
"Dimana tempatnya?"
"Nanti dikabari," jawab Lala.
"Kalau kita nyari baju dulu gimana?" tanya Dony lagi.
"Eh?"
"Gue risih nggak pake lengan panjang, tato gue jadi tontonan. Kayaknya orang sini ga biasa liat orang bertato. Baju gue udah di laundry semua,"
"Nggak semua orang sini kek gitu," bela Lala supaya Dony tidak mengeneralisir.
"Iya, tapi kita ga tau kemana kita selanjutnya. Lo juga habis baju kan? Sekalian aja,"
"Tapi Mas..."
"Thrifting?" tawar Dony. Tentu akan lebih murah.
"Ada?"
Dony tersenyum. Lalu menjalankan mobilnya ke arah pasar kota Parakan. Di peta ada sebuah daerah yang dekat pasar yang menjual pakaian bekas import. Banyak orang menyebutnya Awul-awul. Iya, Parakan menjadi salah satu tempat pakaian seken terbesar di Jawa tengah. Banyak yang datang kesana untuk berbelanja pakaian seken. Sejak kapan persisnya tidak tahu, tapi rata-rata yang jualan disana sudah belasan tahun. Bahkan sejak thrifting belum ngetrend.
Di sebuah jalan di belakang pasar, berderet kios-kios pakaian seken di rumah-rumah yang cukup lawas. Dony berhenti di pinggir jalan. Kebanyakan jaket digantung di bagian atas. Sedangkan kaos, kemeja dan celana atau rok berada di bagian bawah. Mereka menyambangi beberapa kios dengan berjalan kaki sampai ketemu yang cocok.
Lala langsung mencari pakaian yang cocok untuknya. Sepotong celana pipa bermerk uniqlo, sebuah kemeja oversize berwarna hitam bermerk calvin klein dan hoodie berwarna hitam dengan gambar bebek kuning lucu, entah apa mereknya. Lala tersenyum menunjukkan hoodie itu ke Dony.
![](https://img.wattpad.com/cover/356953909-288-k793863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
DiversosSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...