07 Manipulasi Rasa

1.5K 165 98
                                    

"Iya, benar, saya Wati. Maaf siapa ya?"

"Bulik, saya Lala, Bianglala,"

Lala memperkenalkan namanya.

Perempuan itu terpaku memandang Lala. Lekat melihat detil lekuk wajah Lala. Secara garis besar mirip sekali dengan seorang perempuan, ibunya. Tapi matanya, mata ayahnya. Kakak laki-lakinya. Momen hening itu berlangsung sedikit lebih lama.

Lala juga mematung. Gugup menterjemahkan arti sikap perempuan paruh baya di depannya yang terpaku setelah mendengar namanya disebut. Akankah dia diterima atau justru kehadirannya tidak dikehendaki. Bagaimana kalau diusir? Lantas apa yang harus ia lakukan kalau diterima? Lala termenung dengan pikirannya sendiri.

Dony? Bingung, kikuk dengan situasi yang aneh itu.

"Lala..." sebut perempuan paruh baya itu. Lanjutnya, "Kamu anaknya mas Harwan?"

Lala mengangguk mantap.

"Kamu sudah sebesar ini," perempuan bernama Wati mengusap lembut kepala Lala, lalu lengannya.

"Ehm! Sopo, Bu?" tanya suara laki-laki dari dalam rumah.

Wati memandang wajah Lala sekali lagi lalu sekilas melihat Dony.

"Ayo masuk-masuk," ajak Wati.

Lala dan Dony melangkah memasuki rumah kayu sederhana itu. Kemudian duduk setelah dipersilahkan di kursi sedan dari kayu berbalut rotan di tengah ruangan. Ruangan dengan lampu kecil yang menggantung berwarna kekuningan membuat suasana sedikit suram, meski sambutan terasa hangat.

"Pak, iki ono Lala," ucap Wati memasuki pintu tanpa daun yang hanya tertutup kain gorden lusuh.

"Lala sopo?" tanya suara laki-laki yang sama, sepertinya suaminya.

Perasaan Lala campur aduk. Bulik Wati sepertinya menerimanya. Tapi bagaimana dengan keluarganya? Suaminya? Anaknya? Lala benar-benar tanpa rencana. Begitu juga perasaannya, dia sama sekali tidak mempersiapkannya.

Dony berulang kali mencuri pandang cewek aneh yang duduk di kursi sebelahnya. Mencoba membaca air muka cewek itu. Gelisah. Perasaannya ikut terharu dan trenyuh.

Seorang laki-laki keluar dari balik gorden. Mendekat ke Lala dan Dony. Dua orang itu berdiri. Dony menyalami laki-laki itu, Mungkin laki-laki itu yang bernama Suwarno. Saat giliran Lala menyalaminya, cewek itu mencium tangannya. Lalu laki-laki itu duduk di depan Lala.

"Rani," panggil Wati.

Sekarang seorang gadis manis yang membuka pintu lain di ruangan itu. Sepertinya pintu kamar dari sebuah nama yang disebut barusan. Dony dan Lala memandang gadis manis itu.

"Ndhuk, ini anaknya Pak Dhe Harwan, sepupumu. Lala, ini anaku, Rani," Wati memperkenalkan diri.

Gadis yang disebut namanya menyalami Lala juga Dony yang tersenyum manis.

"Bikinkan minum, Ndhuk," pinta Wati, sebelum ia duduk di sebelah suaminya.

Rani masuk ke pintu yang tidak berdaun, menuruti perintah ibunya.

"Mas Harwan sehat?" tanya Wati.

"Iya, Bulik. Sehat," jawab Lala singkat.

"Ya ampun, 25 tahun kami tidak ketemu," ungkap Wati. Ada kegembiraan di wajahnya.

Lala menimpalinya dengan seutas senyum.

"Ini baru sampai dari Jakarta?" tanya Wati lagi.

"Kemarin. Tadi malam menginap di Temanggung dulu," jawab Lala.

Warna Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang