55 Temanmu, Kakakmu

1.3K 201 183
                                    

"Donnieo..." sambut Desy ketika anaknya datang lepas waktu maghrib.

Desy sedang menikmati teh-nya di meja makan. Tangannya sedang sibuk dengan hp-nya. Biasa, meski sudah malam kadang Desy masih mengurus pekerjaan-pekerjaanya. Sibuk.

Kedatangan Dony membuat Desy meletakkan hp-nya. Lalu merentangkan tangan meminta pelukan. Dony meraih rentangan pelukan mamahnya. Memeluknya sekejap. Lalu duduk di sebelah mamahnya.

Dony merasakan harinya sangat berat dan panjang. Lala belum juga pulang ke rumahnya. Tadi waktu mampir, rumah itu gelap. Tidak ada satu lampu pun yang menyala. Tetangga yang ditanya tidak ada yang memberinya informasi yang berguna.

"Lagi ngapain, Mah? Kak Luna belum pulang?" tanya Dony sekenanya. Basa-basi.

Desy tidak bersuara, menggeleng sambil mengangkat gelas tehnya. Tangannya kembali sibuk dengan hp-nya.

"Halo Tante," sapa Nyoman mengekor di belakang Dony, membawa barang-barangnya.

"Hai Nyo, aman?"

"Ada yang nggak aman tu Tante," ucap Nyoman, mengangkat alisnya menunjukkan kalau yang dimaksud itu Dony.

"Eh, mau kopi, Nyo?" ucap Desy menawarkan pada cowok yang sudah seperti anaknya sendiri. Dia tidak menunggu jawaban langsung membuatkan dua gelas kopi untuk dua orang itu. Seselesainya langsung menyodorkan kopi itu ke dua cowok di meja makan.

Desy mendapati raut wajah anaknya cemberut, kusut dan ditekuk. Dia tau ada yang tidak beres. Dia duduk di seberang meja. Desy langsung menatap Nyoman. Sangat tidak mungkin mengorek informasi dari anaknya langsung.

"Kenapa?" tanya Desy ke Nyoman, alisnya terangkat juga, menunjukkan ke Dony.

"Patah hati, Tante," jawab Nyoman singkat.

Desy menarik dagunya, heran. Putus sama Lala?

"Diputusin sama Lala," masih Nyoman yang menjelaskan.

"Ssstt! Brisik! Bacot Lu, Nyo!" ucap Dony pelan tapi ketus.

"Donnieo..."

Dony berdecak. Dia mau beranjak karena sedang tidak ingin membahasnya.

"Anak tante ini gagal move on, jadi diputusin sama pacarnya yang sekarang," ucap Nyoman membuka rahasia.

"Sumpah, Nyo. Mending Lo diem!" ucap Dony yang kemudian memilih duduk lagi. Kalau dibiarkan bisa kebablasan temannya itu bercerita.

"Apa sih, orang gue cuma cerita, lama ga ngobrol sama Nyokap Lo juga," sangkal Nyoman.

"Ya Lo bisa cerita yang lain, cerita banteng kek, badak kek, babi kek. Ngapain nyeritain gue?" Dony benar-benar kesal dibuatnya.

"Jadi belum move on juga? Kalau belum ya mamah setuju sih sama Lala, mending putus aja," ucap Desy. Sengaja.

"Mamah ini emang ga suka aku punya pacar apa gimana sih?"

"Ya kalau mamah jadi cewek Kamu yang belum move on, ngapain? Makan ati doang," ujar Desy. Betul, mancing.

Sebenarnya perempuan paruh baya itu membaca satu hal mengenai Lala. Lala berani memutuskan Dony itu menunjukkan kalau Lala lebih peduli pada perasaannya sendiri. Bukan peduli pada hal lain yang ada pada Dony, harta misalnya.

"Mah!" Dony berdecak sebelum melanjutkna kalimatnya, "Mamah beneran nggak suka aku punya pacar. Dulu Mara disuruh putus sama Dony. Sekarang Lala ngajakin putus malah Mamah dukung. Gitu amat sih, Mah?" tandas Dony.

Nyoman diam, membiarkan perdebatan ibu dan anak di depannya. Dia sudah berkali-kali menyaksikannya. Sekarang sudah mending, karena dia tidak mendengar adu keras teriakan. Itu dulu. Hal yang membuat Dony tidak suka suara keras. Bising katanya.

Warna Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang