20 Apa Warnamu Hari Ini?

1.4K 176 137
                                    

Lala, ini Dony
Mas Dony, ini Lala

Dony langsung meraih teleponnya dan langsung melakukan panggilan. Diangkat setelah percobaan ketiga. Sepertinya Lala Ragu, berita kepergiannya sudah sampai ke Dony juga rupanya.

"La, Lo dimana?" tanya Dony to the point.

"Ehm," cewek itu terdiam, menahan dingin. Bajunya basah.

"Lala ngomong!" ucap Dony panik.

Lala masih terdiam. Bingung, apa mesti dia meminta tolong pada cowok itu. Tadinya dia cuma mau ngomong hal yang sama, seperti yang ia sampaikan ke Eko. Lala ragu, terakhir ketemu Dony dia bilang tidak mau merepotkan cowok itu. Dia tidak mau bergantung pada orang lain lagi. Cukup, kenekatannya merepotkan banyak orang.

"La, share live location ya!" perintah Dony.

"Batre gue tipis, Mas," akhirnya Lala punya alasan untuk menolak.

"La, please, jangan bikin khawatir, Lo dimana sekarang?" ucap Dony melembutkan suaranya, meski tidak bisa menghilangkan kekhawatirannya.

Dony tidak mendapat jawaban, "Gue janji nggak bakal ngomong ke keluarga Lo, sekarang kasih tau Lo dimana,"

"Ehm, gue ga mau merep..."

"Lala.... Lo merepotkan kalau Lo nggak kasih tau dimana Lo sekarang!" ucap cowok badak yang tidak lembut lagi, khawatirnya memuncak. Apalagi Lala keras kepala.

Hening sesaat.

"Lala, please...." ucap Dony melembut lagi, setengah memohon.

Lala terdiam, menimbang pernyataan Dony, apa iya hidupnya hanya merepotkan orang-orang? Dia menggigil kedinginan. Dia bisa pingsan dan malah merepotkan lebih banyak orang. Dia juga tidak ingin mati konyol di tempat itu. Seorang karyawan minimarket berseragam merah sudah meliriknya berulang kali, menatapnya aneh. Membuat Lala tidak nyaman.

"Lala...." sebut Dony lagi. Sedikit geram banyak khawatirnya.

"Gue di Alfamart, sebelum pertigaan ke rumah Bulik,"

Dony langsung menutup teleponnya, memacu mobilnya cepat. Dia hanya butuh 5menit untuk sampai di lokasi yang Lala bagi. Dony melihat cewek aneh itu jongkok di dekat tiang, lampu mobilnya yang menyorot membuatnya berdiri, tubuhnya bergetar, mengigil kedinginan. Dony cepat-cepat mematikan mobilnya. Lalu bergegas keluar menghampiri cewek aneh itu menembus hujan deras.

Tanpa ba bi bu Dony langsung memeluk Lala, erat dan lekat.

Lala tercekat, sedikit hangat. Dony? Dia menumpahkan kekhawatirannya. Entah perasaan dari mana, cewek itu benar-benar sudah membuatnya khawatir setengah mati. Nafasnya tak beraturan, rasanya dia begitu girang bisa menemukan cewek itu. Dirasakannya cewek itu menggigil.

"Mas..." sebut Lala. Dia mendorong sedikit tubuh Dony, memintanya melepaskan pelukannya.

Dony melepasnya, mundur selangkah, "Sorry, La, Ehm..."

Cowok itu melihat wajah Lala, bibirnya pucat. Wajahnya memutih, tak kalah pucat. Badannya bergetar, menggigil. Bajunya basah, tas ransel masih menempel di punggungnya.

"Lo bawa baju?" tanya Dony.

Lala mengangguk.

"Lo ganti baju dulu aja," menarik lengan Lala masuk ke minimarket.

Ruangan ber AC itu terasa lebih hangat dari pada di luar. Kaki gunung dan hujan seperti kompak membuat Lala dingin. Lala menggunakan toilet minimarket. Dony membeli obat herbal dan minyak kayu putih. Cowok itu juga membeli kopi instan hangat dan beberapa snack.

Warna Bianglala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang