"Ehm, pengen si, Mas. Tapi kayaknya gue mau balik Jakarta aja hari ini," ucap Lala.
Dony tersentak, informasi yang mendadak sekali. Hatinya seperti tidak rela kalau harus berpisah secepat itu. Tapi dia juga tidak punya kuasa untuk menahannya. Apa dia yang mesti ikut ke Jakarta? Ah, tapi harus beralasan apa? Dony mematung memandang Lala.
"Mas?" panggil Lala
"Mas Dony?" ulang Lala.
"Eh?" Dony tergagap dari lamunannya.
"Lo kenapa?"
"Ehm, gapapa. Rasanya cepet banget ya, ini udah hari ke 6 di Temanggung," jawab Dony sekenanya.
"Iya, Lo udah dapet apa aja?" tanya Lala.
"Eh?"
"Foto, Mas," ujar Lala memperjelas maksudnya.
"Foto banyak, cerita juga dapet banyak banget, tapi ada beberapa checklist yang belum si,"
"Oh, Lo rencana sampai kapan di sini, Mas?" tanya Lala lagi.
"Tadinya rencana seminggu doang, tapi ada yang belum gue datengin, terus kepikiran nambah beberapa hari lagi. Tapi denger Lo mau balik..." Dony menggantung kalimatnya, tidak bisa melanjutkannya.
"Kenapa?"
"Ya, gue jadi kepikiran balik juga,"
"Lo emang orangnya fomo-an atau sengaja pengen deketin gue si?" tanya Lala on point.
Dony tercekat, cewek ini sukanya langsung nggak pake ba bi bu.
"Ya abisnya dari awal Lo minta ikut nyari nyokap gue. Terus minta ikut ke Liyangan, sekarang gue mau pulang Lo kepikiran pulang juga," Lala membeberkan ingatannya. Argumen yang lengkap.
"Ehm... kenapa Lo pengen cepetan balik, kan Lo udah nggak kerja juga?" tanya Dony sekarang.
"Ya ngapain juga gue disini? Gue udah nggak ada harapan. Jejak nyokap gue juga udah susah. Keluarga bulik ga ngarepin gue. Lagian duit gue juga udah mulai tipis, apa lagi alasan gue tetep stay?" Lala membeberkan keputusasaannya.
"Lo inget tawaran gue buat collab? Lo masih tertarik nggak?" tanya Dony, seperti ingin menahan Lala pergi. Mencarikannya alasan.
"Iya, gue inget. Tawaran menarik juga menjanjikan. Tapi mungkin kali lain ya," jawab Lala.
Dony mengangguk dan tersenyum, berusaha memahami keputusan Lala. Dia tidak berhak menahannya, bukan? Dan 'lain kali', frasa yang memberinya harapan. Akan ada lain kali. Harapan di pagi hari yang dingin, yang mulai menghangat karena matahari pelan-pelan meninggi.
"So, apa rencana Lo abis ini?" tanya Dony basa-basi.
"Gue mungkin bakal nulis artikel lepas. Apapun itu. Itu yang mungkin untuk gue lakukan kali ini," jawab Lala.
"Great, Lo bisa nulis juga soal Temanggung ini," ujar Dony memberi saran.
"Iya, gue kepikiran gitu juga, banyak yang menarik. Gue udah catet si beberapa," timpal Lala. Kemudian, "Mas..."
"Iyah?" jawab Dony lembut.
"Gue boleh minta foto-foto Lo nggak buat referensi atau buat melengkapi artikel gue?" ujar Lala.
"Eh, tapi Lo mau pake foto ini juga ga si? Ehm, Lo tau kan gue ga bakal sanggup kalau mesti bayar," imbuh Lala.
Dony tersenyum. Benar-benar cewek yang selalu to the point. Nggak pake ribet.
"Boleh Lah, beberapa kan juga dapetnya bareng Lo. Nggak akan ada foto itu kalau gue nggak dibolehin ikut Lo," ungkap Dony tulus. Lanjutnya, "Lagian harga foto gue variatif. Ada yang mahal, ada juga yang murah, ada juga yang gratis. Nah yang terakhir khusus buat Lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna Bianglala [END]
De TodoSebuah daerah di tengah Jawa Tengah, menarik perhatian Dony untuk datang mengunjunginya. Dony, seorang fotografer dari ibukota yang menyukai warna masa lalu. Daerah ini memiliki jejak cerita masa lampau yang panjang dan memukau. Jejak warnanya akan...