Chapter 3 : How to Catch the Boss

5K 558 51
                                    

Dari sekian banyaknya halangan dan rintangan hidup, Kaisar ingin menyerah melawan Emerald sesegera mungkin. Tidak peduli dia kalah atau dianggap pengecut terpenting pria itu mendapatkan kembali kebebasannya serta akal sehatnya.

Baru juga hari pertama menghadapi Emerald, sekarang Kaisar sudah terkapar di tempat tidurnya. Fisiknya lelah luar biasa. Namun, psikisnya jauh lebih kacau lagi. Sampai-sampai pria itu enggan pergi ke kamar mandi sekadar untuk mandi. Ganti baju kerja ke baju yang lebih nyaman saja ogah.

"Lama-lama bukan periksa ke rumah sakit umum, tapi ke rumah sakit jiwa!" Kaisar mengerang kesal. Tangannya memukul keras permukaan tempat tidur.

Baru saja memejam tiba-tiba ponsel Kaisar berdering. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, diangkat saja panggilan tersebut.

"Halo," sapa Kaisar. Suaranya terdengar kesal. Matanya melirik jam digital di nakas, pukul sembilan malam.

"Yo, Bro! Suara lo kenapa nyebelin gitu?"

Suara yang sangat Kaisar kenal itu sontak membuatnya terduduk di pinggir ranjang. Refleks dia menjauhkan ponsel sejenak. Ada nama Romeo di sana, sahabatnya.

"Damn you, Man! Gue kira siapa telepon malam-malam."

Romeo tergelak. "Lo berharap siapa? Cewek?"

"Ya, jangan cewek. I'm enough with their kind for today."

"Ya ... padahal gue mau ngajak lo ke tempat gue malam ini." Romeo terkekeh. "Banyak cewek seksi dan available."

"Lagi nggak nafsu," tolak Kaisar. Ingatan pagi tadi dia disiram air cukup membuatnya sedikit enggan.

"Kalau ini gimana?"

Tiba-tiba saja suara Romeo menghilang dan digantikan suara musik elektronik yang berdentum-dentum. Senyum Kaisar langsung mengembang. Walau tak melihat siapa yang menjadi disc jockey malam ini, tapi ada kekhasan di sana.

"Ini kan ...."

"Yep, that's Mario, Brother." Romeo mendengkus geli. "Jarang-jarang kan doi mau main? Jadi mumpung dia mau main dan fun di sini, kenapa lo nggak join juga? Buruan buruan. Nanti pas lo sampai malah dia nggak main."

Kaisar berdecak keras. Kepalanya geleng-geleng.

Mario, sahabat sekaligus rekan kerjanya itu juga salah seorang DJ favoritnya. Sayang karena ingin fokus membangun karir sebagai pekerja kantoran, pria itu memilih untuk menjadikan disc jockey sebagai sampingan.

Awal-awalnya sih Mario masih sempat beberapa kali dalam seminggu tampil. Namun, semakin ke sini sahabat Kaisar itu memilih untuk jadi penonton dan duduk santai di sofa bar sambil menikmati minuman serta musik.

Jadi sekarang, melihat Mario tampil jadi seorang DJ sangatlah langka. Haruskah Kaisar mengabaikan salah satu momen terbaik sahabatnya itu? Atau tetap berangkat sekalipun artinya dia harus berurusan dengan si wanita gila itu besok pagi?

"Oke, tunggu gue!"

Pada akhirnya Kaisar tetap berangkat. Agak sedikit malam agar si Emerald itu tidak menyadari pria itu hilang beberapa jam. Kalaupun sadar juga wanita itu tidak akan tahu dia di mana. Senyum Kaisar mengembang lebar.

***

Ema heran kenapa banyak sekali orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang asisten pribadi? Sudah jam kerjanya 24 jam, harus menempeli bos ke mana-mana bahkan sampai tinggal di rumahnya, lanjut juga menghadapi balita gede yang hobi tantrum macam Kaisar. Namun yang paling menyebalkan adalah wanita itu tidak akan punya kehidupan lain selain Kaisar dan Kaisar.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang