Ini berlebihan. Ema super lebay. Dia sadar sikapnya yang marah pada Kaisar karena membantunya adalah salah. Salah juga karena sekarang hanya gara-gara dibantu dia malah duduk di dalam bilik toilet, sendirian, dan menangis.
Ada banyak kemungkinan apa yang terjadi pada diri Ema sekarang. Pertama, ini hari pertama dia menstruasi. Kedua, mungkin dia merasa harga dirinya diinjak karena dibantu padahal dia bisa melakukan itu sendiri. Ketiga bisa saja karena wanita itu lelah, jiwa dan raga dengan seluruh drama utang-piutang yang tak kunjung ada habisnya.
"God, please...." Ema menundukkan kepala. Kedua tangannya tertelungkup di depan wajah. Air matanya bercucuran dan menetes jatuh ke celana kerja hitamnya.
Satu per satu memori masa lalu yang menyedihkannya itu bermunculan di kepala Ema. Dia ingat jelas kala itu, di London dan bersiap-siap untuk menikmati liburan sebelum mencari pekerjaan impian. Tiba-tiba saja papanya menelepon.
"Ema, pulang ya ke Indonesia sekarang. Papa ... papa butuh bantuan kamu, Nak."
Ketika mendengar permintaan sang Papa hati Ema mencelus. Selama 23 tahun hidup, ini pertama dan mungkin terakhir kalinya dia mendengar Papanya meminta tolong kepadanya. Jadi, tanpa pikir panjang Ema segera memesan tiket pulang yang tercepat.
Namun, saat sampai ke rumah dan bertemu asisten rumah tangannya, hidup Ema runtuh detik itu juga.
"Non Ema, Non. Yang tabah ya, Non. Perusahaan bapak, Non. Perusahaan bapak bangkrut. Dan ... beberapa jam yang lalu sebelum Non sampai, mobil bapak sama ibu kecelakaan di ruas tol, Non. Bapak dan Ibu tewas di tempat. Den Rakna masuk rumah sakit."
Saat itu Ema hanya bisa tersungkur. Kedua kakinya seolah tak sanggup lagi menahan berat tubuh. Dia tak menangis saat itu. Namun, ketika datang ke rumah sakit, lalu melihat jenazah orang tuanya dan kondisi Raknan yang kritis, Ema baru menangis sejadi-jadinya.
Hidup Ema tak lagi sama. Keluarga tak banyak menolong. Perusahaan bangkrut memang bisa diurus di meja hijau. Namun ternyata utang tak sampai disitu, masih ada miliaran uang yang harus Ema angsur sampai lunas.
Saat itu Ema sudah beberapa kali berniat untuk pergi dari dunia. Namun, Raknan yang mulai menunjukkan kesadaran menahannya. Pada akhirnya, wanita itu memilih untuk menghadapi kegilaan dunia itu, sendirian tak masalah yang penting Raknan bisa kembali sadarkan diri dan menemaninya.
Untungnya Mahesa–salah satu rekan bisnis papanya membantu Ema. Mungkin pria itu tidak membantunya membayar utang–dan Ema juga tak mau dibantu cuma-cuma, tapi Mahesa mau mempekerjakan Ema dengan gaji yang cukup besar. Bahkan Mahesa juga sedikit banyak membantu masalah Raknan. Sialnya, tetap saja ada rentenir kurang ajar yang membuat bunga besar-besar dan itu adalah majikan Putra.
Karena apa-apa Ema melakukan segala halnya sendiri; bayar utang bahkan mengurus Rakna. Dia juga percaya tidak ada orang tulus karena semua orang yang memberi pasti minta sesuatu untuk dikembali. Serta pengalaman bangkrut sang Papa karena salah mempercayai orang menjadi Ema banyak belajar, tidak boleh menerima kebaikan seseorang cuma-cuma apalagi jika menyangkut uang.
"Pa, Ma." Ema kembali berbicara di sela-sela isakan lirihnya. "Ema capek."
Isakan Ema sedikit kencang sekarang. Dadanya sampai sesak. Dia capek, tapi menyerah bukan jalan kelur.
***
Alarm ponsel Ema berbunyi, maka sudah waktunya dia berhenti menangis. Bukan karena sudah nyaris sejam dia mengurus di kamar mandi, tapi waktunya untuk kembali ke realitas yaitu mencari uang demi bayar utang.
Ketika berdiri di wastafel kamar mandi, Ema menatap pantulan dirinya di cermin. Tanpa sadar wanita itu mengerang putus asa. Mata dan hidungnya merah. Riasannya sedikit luntur terutama bagian mata. Senyum ramah, tapi palsu yang biasa ditampilkan terlihat menyeramkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/358240145-288-k614596.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...