Chapter 11 : Human Trafficking

4.3K 485 43
                                    

Sepertinya Emerald menggunakan pelet pemikat kepada Kaisar. Pria itu sedang duduk di ruang kerjanya. Harusnya fokusnya adalah komputer yang sedang menayangkan laporan-laporan pekerjaan. Namun, pria itu malah tertarik pada sosok asistennya yang sedang duduk di luar, di area kubikel khusus para asisten dan sekretaris.

Sejak kemarin–saat perbannya akhirnya lepas dan Kaisar sudah bisa terlihat normal, Emerald terlihat aneh. Alkohol yang wanita itu belikan juga turut Emerald minum. Dia nyaris hangover, tapi untungnya Kaisar dengan segera menutup malam. Pria itu tidak ingin ada hal-hal buruk terjadi apalagi di dalam kamar hanya ada mereka.

Kemudian, sepanjang pagi ini Kaisar melihat Emerald lebih sering menatap layar komputernya. Tidak melakukan apa pun, hanya menatap kosong pada satu titik seolah meratapi sesuatu. Ekspresi yang tertangkap pun terlihat sedih atau mungkin tidak senang.

"Kenapa sih?"

Kaisar kesal. Dia ingin tahu apa yang terjadi dengan Emerald. Namun, dia terlalu gengsi untuk bertanya.

Cukup lama dia memutar otak, Kaisar punya cara. Segera saja dia beranjak dari kursinya. Lambat-lambat dia mendekati Emerald agar asistennya itu tidak menyadari kehadirannya.

"Emerald."

Panggilan Kaisar sukses menyentak Emerald. Wanita itu terlihat buru-buru mengganti tampilan layar desktop-nya menjadi tampilan Excel.

"Ya, Pak?" balas Emerald. Suaranya terdengar agak gugup.

Jangan tanya kenapa! Jangan tanya kenapa! peringat batin Kaisar. Pria itu berdehem. "Tolong beliin gue kopi di lantai dasar ya."

"Kayak biasanya kan? Kopi pake gula aren itu?" tanya Emerald yang langsung dibalas acungan jempol Kaisar.

"Sekarang ya! Buruan, buruan!"

Kaisar segera mendorong pelan tubuh berisi Emerald. Dia tidak membiarkan asistennya itu kembali mengutik komputernya. Terpenting adalah wanita itu sudah membawa dompet dan ponselnya saja.

Begitu Emerald sudah menghilang di dalam lift, Kaisar langsung mengutik komputer asistennya itu. Dibukanya tab browser yang tadinya ditutup.

Seketika Kaisar memelotot. Di sana jelas menunjukkan informasi keuangan rekening atas nama Emerald Amaranggana. Nominal yang tertulis membuat pria itu merasa miris.

"Dia ... miskin banget." Kaisar menggeleng. "Bisa-bisanya duit sisa 3 juta."

Tanpa sadar pria itu memotret nomor rekening Emerald. Kemudian, dia bergerak menuju ruang kerjanya. Sebuah ide brilian muncul di kepala Kaisar.

***

"Ini anak disuruh beli kopi di lantai bawah kenapa setengah jam banget?" Kaisar mulai mengomel. Dia mondar-mandir dalam ruangannya. "Beli di lantai bawah apa kutub utara sih?"

Harusnya Emerald tidak menjadi sosok yang mengacaukan fokus Kaisar. Apalagi hanya sesederhana belum kembali setengah jam dari minum kopi. Kenyataannya wanita itu sukses membuat khawatir hingga Kaisar hilang minat hanya untuk bekerja.

Belum lagi fakta mengenai sisa uang tiga juta di rekening wanita itu. Kaisar bertanya-tanya ke mana pergi gaji Emerald selama ini? Sebelum bekerja bersamanya, Kaisar yakin ayahnya memberi gaji lebih dari cukup. Sekarang pun setelah dia bertanya pada orang keuangan, gaji Emerald bahkan sampai dua kali lipat dari gaji sebelumnya.

"Banyak, tapi kenapa menguap?" Kaisar penasaran.

Kalau diperhatikan lagi Emerald bukan sosok yang hobi belanja. Dia hanya beli seperlunya. Makan pun selalu mi instan menurut ceritanya. Mobil bobrok yang ada di rumah Kaisar pun katanya pemberian Mahesa dan itu pun bekas.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang