Ema ingin mencekik Kaisar. Kemudian, mematahkan lehernya. Dibelah kepala prianya itu untuk diambil otak yang kadang tidak berguna. Alasannya satu, teriakan Kaisar di kelab malam semalam.
Memang teriakan Kaisar itu terjadi di tengah-tengah lautan manusia yang sedang asyik berdansa. Suaranya keras, tapi tidak bisa sekeras musik elektronik yang sedang berputar Bahkan orang-orang di sana tampak tak peduli kecuali Ema sendiri.
Jujur kejadian itu seperti membuka isi obrolan Ema dengan Mahesa. Papi Kaisar itu dengan gamblang mengatakan bahwa dia punya banyak mata-mata mengikuti putranya. Apalagi ini di ROOMS, kelab malam milik sahabat Kaisar ini pasti ada satu atau dua informan Mahesa.
Bukan itu saja, gara-gara kejadian ini Ema jadi bertanya-tanya apakah kegiatannya dengan Kaisar ke Bandung juga diikuti oleh mata-mata Mahesa? Kalau iya, kenapa dirinya sampai sekarang tidak dicari? Apakah belum waktunya? Atau mata-mata itu hanya berkeliaran di sekitar Jakarta saja?
Seketika Ema mengerang putus asa. Kepalanya perlahan direbahkan di meja kerjanya. Diabaikan pekerjaannya yang segunung itu. Hubungannya dengan Kaisar tidak boleh ketahuan, tidak boleh. Dia masih butuh uang untuk hidupnya.
Putusin aja kali si Kaisar? Ema sudah memikirkan ini semalaman. Takut kehilangan pekerjaan, tapi takut juga kehilangan sosok pria yang membuatnya terasa seperti di rumah. Dilema besar.
Tahan setahun. Tahan. Lo bisa, Emerald. Lo harus ngerasain bahagia walau cuma setahun aja. Ema meyakinkan dirinya. Tidak boleh menyerah sekarang. Setahun masih lama dan dia harus merasakan kebahagiaan singkat ini sebaik-baiknya.
Tiba-tiba saja Ema merasakan usapan lembut di kepalanya. Seketika tubuhnya membeku. Sebelum kemudian, dia mendongak. Matanya memelotot menemukan Kaisar berdiri di depan kubikelnya. Kini kedua tangan pria itu bersilang di pinggiran komputer Ema. Kepalanya miring sambil tersenyum geli.
"Kamu kenapa, Babe?"
Ema semakin memelotot. "Pak, apaan sih?" Suaranya terdengar panik. "Jangan sembarangan panggil gitu."
Kaisar mendengkus geli. "Look around you, Emerald. Nggak ada orang di sini. Mereka lagi makan siang."
"Tetep aja ini kantor," balas Ema dengan sengit. "Nggak boleh pegang-pegang sembarangan apalagi ini ruangan terbuka."
"Oke, I'm sorry then." Senyum Kaisar melembut. "Masuk ke kantorku. Katering sehat kita udah sampai. Heran deh, kamu ngelamunin apa sih sampai bikin nggak sadar kalau udah jam makan siang."
Tidak ada balasan apa pun dari Ema. Wanita itu tetap beranjak dari kursinya, lalu bergerak mengikuti Kaisar ke ruangan pria itu.
Baru saja Ema menutup pintu kantor Kaisar, tiba-tiba saja seluruh jendela ruangan diburamkan. Tahu-tahu saja Kaisar bergerak mendekat ke arah Ema. Tak lama bunyi pintu terkunci terdengar di belakang punggungnya.
"Let's talk first."
Kaisar menarik lengan Ema. Dibawanya wanita itu menuju ke kursi kerja. Begitu Kaisar duduk di kursinya, Ema kembali ditarik untuk didudukan di pangkuan pria itu.
"What's wrong, Babe?" tanya Kaisar. Tangannya mengusap lembut sisi wajah Ema. Anak-anak rambut wanita itu diselipkan di belakang telinga. "Sepanjang pagi aku perhatiin kamu cuma bengong lihat layar komputer. Aku diemin karena aku juga lagi sibuk kerja. Tapi bengong kamu cukup ekstrim sampai nggak sadar udah makan siang dan temen-temen kamu di luar sana udah ilang dari kursi mereka."
Ema meringis. "Nggak kenapa-kenapa."
"Woman, can you please stop saying you're okay even though you are not." Kaisar menggeleng. "Emerald, Babe, selama ini kamu selalu menghadapi masalah sendiri. Sekarang kan ada aku, aku temenin kamu buat hadapi masalah bareng-bareng. Tell me what's on your mind, Emerald?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...