Chapter 7 : The Side Effect

4.7K 484 38
                                    

Akhirnya setelah terjebak lama bersama Emerald, Kaisar berhasil masuk kamarnya. Pintu sudah dikunci rapat. Seketika pria itu langsung berteriak tanpa suara. Kedua kakinya mengentak-entak lantai. Tangannya mengacak-acak rambut dengan frustari.

"Damn it!" maki Kaisar.

Tidak menyangka dia bertindak sebodoh dan sembrono seperti mencium Emerald. Salahkan mata hazel milik asisten pribadinya itu. Karena mata itu lah Kaisar jadi tersihir dan tahu-tahu menarik Emerald untuk dicium.

Segera saja Kaisar meraih ponsel di celana. Tanpa pikir panjang dia menghubungi Romeo. Sahabatnya itu yang memberikan ide ini. Dia harus bertanggung jawab. Baru dilaksanakan kurang dari 24 jam, tapi sudah ada kecelakaan ciuman konyol.

"Yo, Bro?" sapa Romeo di ujung sana. "Mau mampir? Gue kebetulan–"

"Nggak!" jawab Kaisar judes. Dia mendengkus keras. "Ide lo kemarin busuk banget, Rom. Bener-bener busuk!"

"What's going on, Dude?"

Bibir Kaisar mendadak keluh. Kepalanya geleng-geleng. Tidak mungkin dia cerita apa yang terjadi, malunya akan berkali-kali lipat. "Gitu deh. Bikin malu gue aja lo. Udahlah. Bye!"

Tanpa menunggu respons Romeo, Kaisar segera menutup panggilan. Dilemparnya ponsel begitu saja ke kasur. Dia duduk di pinggir ranjang sambil menarik lepas dasinya.

Untuk sesaat Kaisar termenung. Ingatan akan kejadian ciuman dan setelahnya berputar di kepala.

Mata Kaisar melebar ketika bibirnya bertemu dengan sebuah bibir hangat. Napasnya seolah tertahan. Otaknya bahkan berhenti seolah tak berfungsi. Namun yang lebih gila lagi adalah sekujur tubuhnya terutama tangannya kaku tak bergerak. Reaksi ciuman ini jelas belum pernah terjadi selama Kaisar berciuman dan bercinta dengan para wanita di luar sana.

KOK BISA? teriak Kaisar. Sialnya, dia tidak sanggup menghentikan apa yang terjadi karena bibirnya terus bergerak menuntut apa yang sudah diminta oleh Emerald.

Tiba-tiba saja ciuman berhenti. Emerald yang lebih dulu menarik diri, lalu berbalik. Sementara Kaisar diam mengerjap. Ada rasa kehilangan yang nyata yang tidak akan pernah pria itu akui.

"Wow!" Tahu-tahu saja Emerald berbicara. Dia menghadap Kaisar kembali. Senyum lebar dengan lipstik berantakan terpasang di wajah tembamnya. "Saya nggak nyangka kalau Pak Kaisar bener-bener bakal kabulin permintaan saya."

Kaisar meringis. Dia berusaha bersikap biasa saja padahal jantungnya seperti hendak meledak saking keras debarannya. "Ya, ya, apa aja buat asisten gue, Emerald. Bukannya bokap gue untuk nurutin lo, kan?"

"Bener juga." Emerald terkekeh. "Kalau gitu ada yang bisa saya bantu lagi, Pak? Ini udah waktunya pulang kerja. Bapak mau stay atau kita balik aja? Kalau kita balik saya mau bantuin bapak beres-beres."

"Stay, stay." Kaisar berdehem pelan. "Saya mau kelarin ini dulu. Kamu ... kamu kalau mau balik duluan balik aja."

Setelah pengusiran halus itu Emerald langsung keluar ruangan. Tidak menyangka ketika Kaisar kira asistennya itu sudah pulang, Emerald ternyata masih menunggu di kursinya selama kurang lebih satu jam.

Namun yang paling membuat Kaisar kesal adalah Emerald terlihat biasa saja. Bahkan wanita itu bersikap tidak pernah terjadi apa pun.

Kaisar jadi bertanya-tanya, benarkah ciuman pria itu biasa saja hingga tak berkesan atau Emerald sama-sama pemain seperti Kaisar? Sebuah ciuman sudah dianggap seperti sebuah jabat tangan?

Damn, Damn! Kaisar cemberut. Dipukulnya permukaan ranjang. Jika fakta nomor dua adalah benar, maka ego pria itu terusik. Dia tidak suka ada wanita yang mengalahkan dirinya terlebih dalam kemampuan ciuman dan ranjang.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang