Chapter 47 : Am I the Joke?

2.1K 321 23
                                    

"What the h–"

Kata-kata Kaisar terhenti saat merasakan tubuhnya terdorong masuk ke suatu tempat. Tak lama terdengar bunyi pintu tertutup, lalu terkunci rapat. Dia tidak tahu di mana ini alasannya satu, entah mengapa Gunawan sengaja menutup matanya dengan kain dan melarang dibuka sampai disuruh dibuka.

"Pak Gun," panggil Kaisar.

Tidak ada balasan setelah menunggu beberapa detik lamanya. Sekali lagi Kaisar memanggil, "Pak Gun."

Kesal karena tidak dijawab, Kaisar segera menarik lepas penutup matanya. Untuk sesaat dia menyesuaikan pencahayaan di sekitar. Namun, tetap saja gelap. Kening pria itu berkerut. Sekali lagi dia memperhatikan sekitar. Diedus-edusnya aroma sekitaran, sebelum akhirnya mengumpat lirih.

"Ini mah!"

Kaisar ingin mengomel saja. Aroma tuberose yang khas ini sudah terpatri dalam ingatannya. Bagaimana tidak? Dia lahir dan besar dengan seorang Ibu yang suka wewangian bunga warna putih itu.

Dengan segera Kaisar merogoh saku celananya. Dinyalakan senter dari ponselnya itu untuk menyorot sekitaran.

Seketika dia mendengkus keras saat menemukan foto keluarga besar berisikan Mahesa, Ratna, Kaisar, Raja, dan Ratu yang selalu menyambut di area foyer. Perlahan dia berbelok ke sisi kanan, di sudut sana ada dua buah kursi dan satu meja bundar di tengah-tengahnya. Fungsinya hanya menerima tamu, tapi ruang tamu sebenarnya adalah memasuki ruangan di balik foyer ini. Berjalan agak masuk akan menemukan ruang keluarga yang berada tepat di bawah tangga berbentuk melingkar menuju lantai dua, sedangkan di sisi lain tangga ada lift.

"Hello, anybody home?" teriak Kaisar.

Namun, rumah tiga lantai ini tetaplah sunyi. Tidak ada jawaban bahkan para asisten rumah tangga juga ikutan menghilang.

Kening Kaisar berkerut. Sekali lagi dia berteriak, "Hello! Father, Mother, Ratu?"

Tetap tidak ada jawaban. Kaisar mulai kesal. Dengan segera dia menaiki tangga menuju lantai dua. Sesekali dia berteriak, "Father, Father!"

Kaisar paham, tidak mungkin dia diseret ke sini jika tidak ada tujuan tertentu. Keanehan ini juga pasti sudah dirancan seseorang dan hanya ada satu orang yang hobi sekali menyiksanya akhir-akhir ini, Mahesa.

Ketika sampai di lantai dua, Kaisar langsung berbelok menuju sisi kirinya. Di sana hanya ada dua pintu, satu menuju master bedroom alias kamar tidur Mahesa dan Ratna. Pintu di kanan untuk ruang kerja Maminya, sedangkan di kiri untuk ruang kerja Papinya. Mereka sepakat untuk tidak membagi ruang kerja demi privasi masing-masing.

"Father." Kaisar kembali berteriak seraya mengetuk pintu di sisi kiri master bedroom.

Refleks, Kaisar menempelkan telinga di permukaan pintu. Tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam. Hanya saja, pria itu tidak percaya jika ruangan di balik pintu ini kosong.

"Father."

Sekali lagi Kaisar memanggil Mahesa. Perlahan dia membuka pintu ruang kerja Papinya itu, lalu mendorongnya hingga terbuka.

Belum juga dia terbiasa dengan kegelapan di dalam, tahu-tahu ujung sebuah pistol menempel tepat di kening Kaisar. Sontak dia mendongak menatap siapa yang berdiri di depannya. Napasnya langsung tertahan menemukan Mahesa berdiri di depannya.

"Pi," panggil Kaisar lirih. Dia menelan ludah terlebih saat Mahesa mulai mendekatkan jari telunjuknya ke pelatuk. "Aku ... anak Papi."

Mahesa tersenyum miring. "Anak pembangkang."

Sekali lagi Kaisar menelan ludah. Dia tahu benar Mahesa memiliki izin penyimpanan senjata pribadi, tapi tidak menyangka senjata itu akan ditodongkan padannya.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang