Beberapa jam sebelumnya ...
Kaisar tidak bisa tidur. Alasannya satu, Emerald.
Entah sudah berapa kali Kaisar membalikan posisi tidurnya. Ke kanan tidak nyaman, ke kiri tidak mungkin karena luka bekas tusukannya masih sedikit nyeri kadang-kadang, telentang hanya membuat matanya terbuka nyalang menatap langit-langit kamar.
Seketika Kaisar mendengkus keras. Dia menyerah. Didudukin ranjang. Punggung dia sandarkan ke headboard. Sesaan matanya melirik jam digital di nakas, pukul lima pagi.
"Ya Ampun." Kaisar geleng-geleng. Tangannya mengacak-acak rambut dengan kesal.
Kejadian Emerald yang marah pada Kaisar sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. Mereka juga sudah saling mengucapkan maaf satu sama lain. Hubungan keduanya walau masih agak canggung, tapi mereka mengusahakan untuk tetap profesional.
Sialnya, Kaisar tak bisa mengenyahkan ekspresi sedih dan kecewa yang Emerald tunjukkan siang itu. Pria itu juga merasa gemas. Baru kali ini seseorang tidak mau ditolong dan tidak mau juga diberi uang secara cuma-cuma.
Bukan itu saja, Kaisar juga heran pada dirinya sendiri. Kenapa bisa dia jadi sering terbangun malam menjelang pagi hanya karena teringat-ingat Emerald? Padahal pria itu sudah mengenal banyak wanita. Tidur dengan mereka juga dan berurusan juga dengan berbagai macam sifat, sikap, dan ego, tapi tidak ada satu pun dari wanita-wanita asing itu yang bisa menganggu jam tidur Kaisar. Tidak ada kecuali, Emerald.
"Dasar cewek sinting!" maki Kaisar. Pria itu lelah, tapi memaksa tidur hanya akan membuatnya sakit kepala saja.
Baru saja Kaisar akan meraih ponselnya di nakas, tiba-tiba saja terdengar suara mesin mobil yang dinyalakan. Posisi kamarnya memang sengaja berada tepat di bawah garasi mobil-mobil koleksinya. Jadi dia tahu benar siapa orang yang keluar masuk rumah dengan kendaraan roda empat itu.
Perlahan Kaisar turun dari tempat tidur. Dia terheran-heran saja. Memang para asisten rumah tangannya biasa untuk memanaskan koleksi-koleksi mobil Kaisar setiap hari. Namun, pekerjaan itu baru dilakukan di atas pukul tujuh pagi.
Emerald. Nama itu muncul saat Kaisar menemukan mobil pink bobrok milik Emerald yang kedua lampu depannya menyala. Kepalanya kembali memunculkan pertanyaan, ke mana asistennya itu pagi-pagi begini?
"Ini ...."
Refleks, Kaisar menyalakan ponsel yang sejak tadi digenggam. Dilihatnya hari apa saat ini.
"Sabtu," gumam Kaisar. Dia manggut-manggut.
Pria itu ingat, hari sabtu adalah hari di mana Emerald libur bekerja. Wanita itu berangkat pagi-pagi buta dan baru kembali ke rumah ini keesokan paginya.
"Ke mana dia?"
Lagi-lagi pertanyaan tentang Emerald terus bermunculan. Sementara kedua matanya fokus mengikuti mobil pink bobrok itu bergerak lambat keluar rumah.
Sebuah ide muncul di kepala Kaisar. Refleks, dia membuka aplikasi di mana dia dan Emerald saling membagikan lokasi masing-masing. Seketika senyum pria itu merekah lebar. Ponsel Emerald bisa dilacak.
Tanpa pikir panjang, Kaisar segera menelpon sopirnya. Tak perlu menunggu lama, Dudung segera mengangkat panggilannya.
"Ya, Pak?"
"Pak Dung, sepuluh menit lagi saya turun. Tolong anterin saya keliling Indonesia. Sekarang ya sekarang!"
Hari ini, Kaisar harus menjawab ke mana Emerald pergi setiap sabtu. Dia harus tahu. Titik.
***
Kening Kaisar bekerut menemukan mobil Emerald terus bergerak menuju ke arah puncak. Pria itu bertanya-tanya, ada apa di daerah dataran tinggi ini? Benarkan asistennya itu punya spot healing khusus atau apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...