Kaisar ternyata tidak kalah-kalah amat. Saat di kantor seperti sekarang ini, dia bisa selonjoran di sofa. Sementara punggungnya sedang dipijat dengan ogah-ogahan oleh Emerald tanpa bisa dibantah.
"Pelan-pelan pijetnya," perintah Kaisar. Emerald memelankan tekanan pijatnya. "Ini mah kepelanan, Emerald. Naikin dikit kekuatannya."
Emerald pun menaikan tekanan pijatannya. Namun, Kaisar malah memelotot. Bukannya punggungnya enakan, malah semakin remuk. "Kekencengan, Emerald. Kan gue bilang naikin dikit, bukan langsung digas. Pelanin astaga! Lo bisa pijet orang nggak sih?"
Terdengar dengkusan keras dari Emerald. Kaisar tahu, pria itu baru saja membuat asistennya itu kesal bukan kepalang dan dia puas melakukannya.
"Bisa, Pak, tapi biasanya yang saya pijat nggak kebanyakan ngomong," komentar Emerald. "Kalau nggak cocok mending panggil tukang pijat aja."
Kaisar menggeleng. "No, no. Kita harus hemat."
"Hemat, hemat, tapi maksa beli kapal tongkang. Udah tau cash perusahaan lagi stagnan," cibir Emerald yang sukses membuat Kaisar cemberut.
Sebelum masalah pijat memijat ini, Kaisar dan Emerald berdebat masalah kapal tongkang. Sebagai perusahaan ekspedisi khusus ekspor dan impor, salah satu armada yang digunakan adalah kapal tongkang.
Emerald tidak setuju membeli kapal tongkang sekarang. Harganya fantastis, puluhan miliar. Dengan banyak alasan lain yang mendukung untuk menolak ide Kaisar. Padahal pria itu yakin, masalah pengiriman mereka yang sering terlambat ini dikarenakan kurangnya armada kapal raksasa itu. Sialnya, ketika di tengah-tengah debat, efek olahraga pagi tadi kambuh dan sekarang dia memilih dipijat saja oleh asistennya.
Tiba-tiba saja terdengar bunyi seseorang membuka pintu begitu saja. Tak lama sosok Mario dengan setelan batiknya muncul. "Bro, gue–"
Kening Kaisar berkerut mendapati mata Mario melebar. Mulutnya mengangah. Sikap canggung pun tampak jelas karena mendadak sahabat slash manajer legalnya itu siap menutup pintu kembali, lalu pergi.
"Kenapa, Yo?" Kaisar buru-buru bersuara. "Lo mau bahas sesuatu sama gue?"
Bukannya langsung menjawab, Mario malah melirik Emerald singkat. Barulah fokus sahabatnya itu kembali pada Kaisar. Dia meringis. "Sori, sori, gue nggak tau kalau kalian lagi mesra-mesraan. Gue balik lagi aja nanti."
Seketika Kaisar gantian yang memelotot. Dia mendengkus keras. Suaranya agak meninggi saat berkata, "Berhenti lo, Yo! Berhenti juga lo, Emerald. Jangan pijet gue lagi."
Perintah itu membuat Mario bergeming di tempatnya. Sementara Emerald langsung menarik kedua tangannya dari pundak Kaisar.
"Emerald," panggil Kaisar. Nada suaranya sedikit melembut. Kepalanya mendongak menatap Emerald.
Selama sepersekian detik napas Kaisar tertahan saat lagi dan lagi menemukan mata berwarna hazel milik Emerald. Entah mengapa pria itu agak sedikit terusik, dari mana wanita ini mendapatkan warna mata secantik ini.
Untungnya, Kaisar cepat tersadar. Pria itu berdehem pelan, lalu kembali bersuara pada Emerald. "Tolong lo panggil tukang pijat aja. Sama tolong tinggalin gue sama Mario di sini. Thanks, Emerald."
Emerald mengangguk kaku. Sebelum kemudian, wanita itu bergerak begitu saja keluar ruangan. Dia menutup pintu, memastikan Mario tidak jadi keluar dan tetap tinggal dengan Kaisar.
"Jadi ...." Mario mulai bersuara. "Lo sama Emerald udah married?"
"Jangan sinting lo!" ucap Kaisar begitu aja. Dia mendengkus keras dengan kepala menggeleng. "Gue tau lo semalam lihat drama yang Emerald bikin di ROOMS, tapi masa iya sih lo percaya gue sama dia udah married? Yo, she's crazy! I can't handle her. Dan lagi lihat sekilas pas dia diem aja lo udah paham lah kalau itu cewek bukan tipe gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...