Chapter 18 : The Reasons to Hate Mr Boss

4K 435 15
                                    

Sebuah alasan lain kenapa Ema benci Kaisar, pria itu boros. Sebagai orang yang sudah pernah merasakan uang tidak ada harganya menjadi menjadi uang seratus rupiah sangatlah berharga, maka cara bosnya menghadapi masalah baju basah tersiram air sangatlah buruk.

Tahu-tahu saja ruang kantor Kaisar sudah dipenuhi oleh deretan stand hanger pakaian-pakaian desainer ternama. Mulai dari kemeja, jas berikut celananya, dasi, bahkan sepatu yang tak terkena siraman air pun jadi ikut diganti. Ema hanya geleng-geleng kepala. Tidak mungkin bosnya hanya membayar semua ini beberapa juta pasti bisa lebih dari puluhan juta.

Memori Ema kembali berputar ke beberapa saat lalu. Tepat ketika dia secara tidak sadar menyiram Kaisar yang tiba-tiba menjadi orang aneh, seperti kesurupan setan.

"Emerald Amaranggana, lo bener-bener ya! Gue itu cuma mau jadi orang yang lebih baik, eh lo malah kira gue kesurupan setan. Terus apa ini? Bisa-bisanya lo siram gue pake air. Kenapa nggak sekalian lo siram gue pake kopi panas di meja itu ha? Pokoknya gue nggak mau tahu lo panggil orang-orang di butik langganan gue. Suruh mereka ke sini dan bawa semua koleksi terbaru. Sana, sana! Pergi lo!"

Sebenarnya reaksi Kaisar yang marah-marah membuat Ema lega. Tandanya siraman airnya itu berhasil mengeluarkan setan dalam diri sang bos dan membuat pria itu kembali jadi orang tantrum.

Namun ya, solusi pemborosan itu tidak Ema sukai. Mau protes pun dia tidak bisa. Lagi dan lagi dia hanya bawahan. Dan perjanjian mereka, Ema tak boleh menolak permintaan apa pun dari Kaisar selama itu tidak melanggar beberapa ketentuan; pesta, kelab malam, seks bebas, dan hukum.

Bunyi pintu ruang ganti terbuka. Sontak Ema menoleh. Sesaat wanita itu tertegun menatap Kaisar yang berjalan mendekatinya.

Kalau boleh jujur Kaisar itu sebenarnya super tampan. Wajahnya berbentuk persegi dengan rahang sedikit kotak dan keras. Tidak kaget fitur wajah tegasnya itu dikarenakan dirinya tidak sepenuhnya orang jawa Indonesia, mengingat kedua orang tuanya punya keturunan luar seperti Belanda dan juga Tionghoa. Badannya juga tinggi dan tegap, 180 sentimeter beda sepuluh senti dengan Ema. Kulitnya tidak putih, tapi kuning langsat cenderung kecoklatan padahal pria itu jarang terpapar sinar matahari.

Sementara penampilan baru Kaisar saat ini tampak cocok untuk pria itu. Kemeja warna putih dengan dasi abu-abu tua. Jas dan celana kain warna abu-abu metalic. Perpaduan warnanya cocok dengan jam tangan Richard Mille hitamnya itu.

"Gimana menurut lo?" Kaisar bersuara. Dia berputar di depan Ema. "Cakep nggak gue."

Hanya saja ketika Kaisar berbicara. Kemudian, sikap sombongnya itu keluar, seluruh ketampanan bosnya itu berkurang drastis.

"Cakep," jawab Ema pada akhirnya. Bukan karena benar-benar tampan–karena poinya sudah turun drastis. Tapi dia sebagai asisten hanya bisa memuji bosnya itu.

Segera saja Kaisar melambaikan tangan pada pramuniaga butik. Dia berkata, "Saya ambil ini ya dan beberapa setelan yang tadi saya pakai. Oya satu lagi, kalian punya koleksi buat wanita, kan?"

Begitu pramuniaga itu mengangguk, senyum Kaisar mengembang lebar. "Good! Tolong tunjukin koleksi-koleksi terbaik kalian buat asisten saya ya. Saya nggak mau tahu, kalian harus bikin asisten saya ini kelihatan berkelas. Awas aja kalau dia kelihatan kayak lemak berjalan yang dikasih baju mahal."

"HEY!" Ema sontak berdiri. Matanya memelototi Kaisar. "Maksud Bapak apa bilang saya lemak berjalan? Udah ah, nggak usah beliin saya baju. Jangan boros apalagi ke saya, Pak. Cukup!"

"Nggak boros!" Kaisar menentang ucapan Ema. Dia juga ikut memelotot. "Lo lupa gue udah bilang masalah jadi lebih modis? Ya udah, gue beliin baju kalau lo nggak punya modal. Masalah lemak berjalan sori, gue salah, anggap aja itu panggilan kesayangan. Sana, sana! Mbak, tarik ini cewek pergi dan ubah dia jadi lebih bermodis lagi."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang