Emerald nggak happy. Pemikiran itu muncul begitu saja dalam benak Kaisar saat melihat Emerald lagi setelah satu jam masuk ke restoran. Wajahnya juga minus ekspresi. Tatapannya bahkan tercurah lurus pada jalanan seolah kanan dan kirinya sama sekali tak menarik.
Perlahan Kaisar menuruni mobilnya. Sekalipun dia sudah mengatakan pada Emerald bahwa pria itu menunggu, bisa saja asistennya lupa saking fokusnya berjalan sekarang.
"Emerald!" panggil Kaisar saat melihat Emerald sudah cukup dekat. Tangannya melambai dengan senyum kecilnya terpasang.
Emerald menoleh. Mata wanita itu melebar sesaat. Sebelum kemudian bergerak mendekat.
"Pak Kaisar beneran nungguin saya?" tanya Emerald yang langsung dibalas anggukan cepat Kaisar.
"Masuk, masuk. Udah malam. Waktunya pulang."
Segera saja Kaisar membukakan pintu mobil di samping sopir. Tidak lupa juga tangannya yang lain bergerak untuk melindungi kepala Emerald agar tidak terbentur bagian atas pintu mobil. Kelakuannya ini aneh, tapi dia tidak merasa salah.
"Jadi, tadi ngapain aja lo sama bokap gue?" todong Kaisar begitu dia duduk di kursi sopir. Badannya bahkan dengan sengaja dia putar menghadap Emerald.
"Pak, mending jalan deh." Emerald meringis. Matanya melirik ke arah restoran yang semakin malam semakin rame. "Pertama, resto ini makin rame dan kayaknya udah mulai rebutan lahan parkir. Kedua, nggak enak aja kita mau obrolin Om Mahesa di tempat yang ada Om Mahesa. Takutnya beliau muncul tiba-tiba."
Kaisar manggut-manggut. Segera saja dia menyalakan mesin mobil, lalu melaju cepat meninggalkan restoran. Untungnya jalanan tak sepadat jalanan keluar parkiran restoran.
"Kita ke–"
Bunyi perut keroncongan yang berasal dari Emerald sukses membuat Kaisar mendengkus geli. Kepalanya menggeleng. Pertanyaannya berganti, "Lo nggak dikasih makan sama bokap gue?"
"Dikasih, tapi ... segan aja ambil makannya jadi nolak deh. Maaf ya, Pak."
"Lah, kenapa minta maaf?" Kaisar mendengkus geli. "Laper kan manusiawi, Emerald. Lo ada tempat makan favorit? Kita ke sana yuk! Dan pastiin higenis!"
Emerald mengangah sejenak, sebelum kemudian mengangguk.
Dengan segera Emerald menunjukkan jalan kepada Kaisar. Pria itu menurut saja apa kata asistennya. Kalau disuruh belok kiri ya belok, belok kanan ya belok. Bahkan putar balik gara-gara kelewatan pun dia belok.
Saat mobil akhirnya berhenti, seketika Kaisar berdecak kagum. Senyum miringnya tersungging.
"Kok lo nemu aja sih tempat ini?" tanya Kaisar begitu saja sembari memarkirkan mobil.
Mereka sedang berada di sebuah danau buatan. Di sekitarnya ada taman dengan banyak bangku-bangku. Kalau siang jelas panas karena minimnya kursi. Namun malam dengan banyaknya lampu-lampu kecil membuat tempat ini terlihat magis. Sementara itu berbagai penjual gerobak berjajar di luar taman.
"Nemuin tempat ini karena kesasar." Emerald mendesah napas panjang. "Ternyata nggak selamanya nyasar itu berakhir buruk. Nyatanya saya nemuin danau buatan ini dan ... abang nasi goreng yang jual masakan enak."
"Lo tunjuk yang mana abangnya biar gue pesenin dan kita makan di mobil. Rame, di sini bisa sambil duduk."
Emerald terlihat ingin membantah pengaturan Kaisar. Namun, wanita itu berakhir mengangguk.
Begitu Emerald memberitahukan mana pedangan nasi goreng yang dia mau, Kaisar segera turun. Dipesannya dua piring nasi goreng itu dan meminta diantar ke mobil. Kemudian, dia kembali bersama asistennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...