Bunyi gedebug keras diikuti rasa pedas luar biasa di kening berhasil membangunkan Ema. Wanita itu mengerang kuat-kuat. Tangannya menyentuh area dahinya yang perih seraya membenarkan posisi tubuhnya yang luar biasa tidak nyaman.
"Aduh, aduh!" keluh Ema seraya mendudukan dirinya.
Masih sambil memejamkan mata, Ema meraba sekitaran tempat yang dia duduki. Tidak empuk, tapi agak keras dengan permukaan lembut dan berbulu.
"Ini ...," gumam Ema.
Lambat-lambat dia membuka mata, lalu memperhatikan sekitar. Tempat tidur berukuran queen bed dengan seprei biru keabu-abuan. Di nakas sebelah Ema duduk ada tas tangan yang dia kenakan semalam, figura berisikan fotonya, Kaisar, dan Raknan yang diambil saat di panti asuhan, dan jam digital. Di sudut kamar tidur ada sofa tunggal warna biru laut dengan rak buku.
"Kok gue di kamar?"
Kepala Ema masih berisikan tanda tanya. Dia mencoba untuk mengingat kembali apa yang terjadi padanya semalam. Lampu gemerlap kelab malam, aroma alkohol yang bercampur dengan aroma parfum orang-orang yang menyesaki ROOMS, dan tentu saja pemandangan menyebalkan Kaisar memeluk seorang wanita cantik dan seksi di tengah kerumunan.
"KAISAR!"
Tanpa sadar Ema berteriak. Matanya mulai jelalatan mencari sosok Kaisar dalam kamar tidurnya ini. Sayangnya, kekasihnya itu tidak terlihat.
Jantung Ema mendadak berdebar kencang. Ketakutan yang sempat hilang karena tidur kembali terasa. Agak panik dan sedikit tergesa dia bergerak cepat keluar kamar tidurnya. Bibirnya terus berteriak, "Kai, Kaisar!"
Lantai dua rumah Kaisar juga terlihat sepi. Teriakannya seolah tak berguna karena sejak tadi dia berteriak, tidak ada seorang pun yang mendengarkan.
"KAISAR!" Ema kembali berteriak.
Tujuan utamanya adalah kamar Kaisar. Harusnya prianya ada di sana. Entah masih tidur atau siap-siap ke kantor atau entah apa, Ema ingin melihat wajah prianya itu sebelum dia menggila.
Jujur saja ketika mendapati Kaisar marah, Ema mulai diserah kepanikan. Dalam kepalanya penuh dengan tanda tanya, bagaimana jika Kaisar memutuskan untuk pergi karena sudah dibohongi? Bagaimana kalau Kaisar kecewa karena Ema memilih untuk masuk dalam permainan Mahesa? Bagaimana kalau Kaisar merasa apa yang Ema lakukan sudah membuat pria itu berhenti menyukainya?
Semua pertanyaan itu mengerikan dan Ema tak akan menyerah mendapatkan maaf Kaisar. Namun, jika harus bersaing dengan wanita secantik dan seseksi wanita semalam, Ema langsung ingin mundur. Dia tidak cantik dan seksi, dia jauh dari itu semua.
"Kai." Suara Ema tersekat saat memanggil Kaisar seraya membuka pintu.
Seketika hati Ema mencelus. Kamar yang seharusnya menyala terang itu mendadak gelap gulita. Kamar tidur juga terlihat belum ditiduri oleh siapa pun.
"Kaisar." Ema kembali meneriakan nama Kaisar.
Kali ini dia berbalik. Langkahnya kembali cepat dan sekarang tujuannya adalah lantai dua. Ema harus menemukan Kaisar.
"Kaisar!"
"Apa? Apa?"
Suara Kaisar yang terdengar berhasil menghentikan kaki Ema yang hendak menuruni tangga. Tak lama sosok yang dia cari berlari kencang menaiki tangga. Tepat satu anak tangga terakhir menuju puncak, prianya itu berhenti.
"Kenapa, Emerald?" tanya Kaisar. Keningnya berkerut. Tangannya mencekal lembut tangan Ema. "Kamu baik-baik aja?"
Tanpa bisa dicegah mata Ema berkaca-kaca. Air mata yang dia tahan memburamkan pengelihatannya, lalu luruh begitu saja. "Aku kira ... aku kira kamu pergi, Kai."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...