Sepertinya sudah berbagai macam pose bermain ponsel di sofa sudah Kaisar praktekan. Mulai dari pose normal, tiduran, miring ke arah TV, dan pose-pose lain yang aman untuk tangan kirinya yang masih dibalut perban gara-gara pisau sialan itu. Semuanya tidak bisa menghentikan kebosanan pria itu.
Hari sabtu pagi dan pukul delapan, tapi mata Kaisar sudah sangat terang. Kantuk lenyap. Dia bahkan bersemangat melewati hari ini. Berharap ada sesuatu yang menyenangkan, tapi malah berakhir mengenaskan di sofa ruang tamunya seorang diri.
Sebelum mengenal Emerald, sabtu pagi adalah jadwal Kaisar untuk tidur sampai sore. Karena biasanya jumat malamnya dia akan mabuk sampai hangover dan berpesta bersama para sahabatnya. Ketika malam menjelang, Kaisar akan kembali ke kelab dan berpesta lagi sampai besok subuhnya.
Sialnya, begitu mengenal Emerald, jangankan ke kelab. Energi untuk tidur lebih dari pukul 9 malam sudah tidak ada. Sekarang sabtu pagi dengan keadaan sakit menjadikan Kaisar bingung mau berbuat apa. Para sahabatnya jelas sedang tidak sadarkan diri entah di kamar hotel mana sekarang.
"Bosen!" erang Kaisar putus asa.
"Tuan muda." Suara Indra menarik perhatian Kaisar. "Minumannya, Tuan."
"Thanks, Pak," ucap Kaisar. Dia mengangguk.
Ketika melihat Indra berbalik, sebuah ide muncul di benak Kaisar. Pria itu buru-buru memanggil kembali kepala pelayannya, "Eh, Pak Pak."
Indra kembali berbalik. Keningnya berkerut. "Ya, Tuan?"
"Emerald ... dia bilang nggak hari ini ke mana?"
Gelengan Indra membuat Kaisar cemberut. "Nona Ema cuma bilang ke saya mau pergi hari ini."
"Oh, atau sama supir siapa gitu perginya?" Kaisar terus mendesak. Idenya adalah mendatangi Emerald. Sekalian saja dia mau merusuh biar tidak bosan.
Lagi-lagi gelengan Indra menjadikan Kaisar gondok. "Tadi Nona Ema berangkat pakai mobil pribadinya, Tuan. Pagi-pagi banget bahkan sebelum matahari terbit."
"Ngapain coba berangkat pagi-pagi sebelum matahari terbit?" Kaisar berdecak. "Bener-bener nggak ada petunjuk ke mana Emerald?"
"Maaf, Tuan Muda."
Kaisar memukul pelan sofa di sebelahnya. Setelah itu dibiarkannya Indra pergi.
Untuk sesaat Kaisar termenung. Bagaimana caranya dia mengetahui di mana Emerald berada.
Seketika sebuah ide lain muncul di benak Kaisar. Jika orang lain tidak tahu di mana Emerald, maka Emerald sendiri yang tahu di mana dirinya berada.
Segera saja Kaisar meraih ponselnya. Kemudian, dia mencari kontak Emerald untuk ditelepon. Dia akan memaksa wanita mengatakan keberadaannya dan akan dia datangi.
Sialnya, panggilannya kepada Emerald malah berakhir dengan suara wanita operator. Telepon asistennya itu tidak sibuk, tapi berada di luar jangkauan. Kaisar benar-benar kesal sekarang.
"KOK DIMATIIN SIH?" omel Kaisar. Dia melempar ponsel dengan kesal ke sofa. Bibirnya cemberut. "DIA ITU MASIH MAU KERJA ATAU ENGGAK? SEKALIAN AJA LO NGGAK USAH BALIK, EMERALD! AH!"
Kaisar mengentak-entak kakinya ke lantai. Dia bosan dan sekarang dia juga kesal serta marah pada Emerald. Kalau bisa pecat asisten pribadinya itu, maka pria itu akan melakukannya sekarang juga.
***
Kaisar menyerah. Tidak kuat dengan rasa bosan yang tak kunjung hilang, pria itu pun memilih pergi ke rumah orang tuanya. Di dalam hati dia berharap papi, mami, dan kedua adik kembarnya itu akan menemaninya melewati hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...