Chapter 4 : Letter of Agreement

4.9K 550 38
                                    

Baru kali ini Kaisar marah dan ingin mencekik wanita, tapi tidak bisa langsung marah-marah di depan umum. Entah apa yang menahan pria itu saat Emerald datang, lalu menangis-nangis mengatakan dirinya sebagai istri yang dikhianati, dan berakhir pasrah ditarik keluar kelab malam sambil diikuti ratusan pasang mata di sana.

Kaisar berpikir, mungkin dirinya bingung saat kejadian itu karena Emerald datang secepat kilat dan menariknya sama kencangnya. Mungkin juga pria itu masih punya sifat gentleman yang tak mau memarahi seorang wanita di depan umum apalagi ini asisten pribadinya. Terlalu banyak kata mungkin yang muncul di kepalanya.

Hanya saja ketika mereka sampai di parkiran mobil yang mulai sepi. Kemudian, Emerald yang kembali berbicara dengan nada datarnya, "Pak, kunci mobil dan mobilnya parkir mana?"

Seketika kesadaran Kaisar kembali. Kekesalan yang tertahan itu mulai merasuki pria itu. Dengan agak kencang dia menghentak pegangan Emerald.

"LO!" teriak Kaisar. Wajahnya mulai memerah dan Emerald mungkin tidak akan menyadarinya karena minimnya pencahayaan di sini. "Maksud lo apa ngaku-ngaku istri gue dan lagi hamil? Gila ya lo! Baru aja lo bikin gue malu di depan orang-orang, sahabat-sahabat gue juga."

Bukannya takut apalagi merasa bersalah, Emerald tetap memasang wajah datarnya. Kedua tangannya bersedekap di dada. Dia membalas dengan santai, "Iya, saya sengaja bikin malu Pak Kaisar. Bukannya saya udah bilang sebelum kita ke kamar masing-masing? No more parties, no more going to clubs, no more random women out there to hook up with. Lupa? Masih muda loh kok udah pikun. Should we have another medical check-up for tomorrow, Pak Kaisar?"

Kaisar terbelalak. Wajahnya sekarang semakin memanas karena malah disudutkan. "Gue nggak pikun!" teriaknya. "Lagian gue ini bos lo, Emerald. Wajar dong kalau gue nggak dengerin lo. Jadi, kalau gue mau ke kelab ya gue pergi."

Emerald manggut-manggut. "Oke. Berarti nggak masalah juga kalau saya bakal ngelakuin berbagai cara untuk bikin Pak Kaisar stay di rumah. Saya nggak mau bikin Om Mahesa kecewa."

"Lo dibayar berapa sih sama bokap gue?" Suara Kaisar semakin meninggi. "Gue bayar lo dua kali nggak tiga kali lipat! Lo bisa stay, tapi berhenti menggila dan nurut ke bokap gue, Emerald."

Terlihat Emerald cukup terpengaruh dengan ucapan Kaisar barusan. Kedua tangan wanita itu terkepal kuat. Jika tadi ekspresinya datar, sekarang tampak kesal.

"Pak, is not about money. Kalau ini masalah duit, saya nggak akan stay sama kamu, Pak Kaisar."

"Terus apa?"

Tiba-tiba saja Kaisar sedikit terhuyung. Kepalanya tadi sudah berat, sekarang terasa semakin berat.

"Pak, kamu baik-baik aja?" Suara Emerald terdengar dekat. Nada suaranya juga mulai terdengar lebih lembut.

Tak lama Kaisar merasakan tangannya kembali digandeng. Emerald kembali berbicara, "Bapak udah mulai mabok?"

"Nggak mungkin saya mabok!" elak Kaisar. Sialnya, seluruh organ dalam tubuhnya seolah berkhianat. Jika tadinya dia terhuyung, sekarang kakinya mulai lemas. "Padahal saya baru minum tiga gelas. Nggak mungkin mabuk!"

"Kadang kekuatan tubuh terhadap alkohol juga dipengaruhi sama kondisi tubuh saat itu, Pak. Mungkin hari ini Pak Kaisar terlalu lelah," ucap Emerald. "Kita pulang ya. Jangan dipaksain lagi."

Pada akhirnya, Kaisar menyerah. Kepalanya mengangguk. Sisa-sisa kesadaran memaksanya untuk menyerahkan kunci mobil kesayangannya pada Emerald.

"Jangan lecetin mobil gue. Ini pacar gue," ucap Kaisar kepada Emerald yang membantunya duduk di kursi penumpang sebelah sopir. "Kalau lo bikin mobil ini lecet lo ... nggak akan hidup baik-baik aja di samping gue."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang