Chapter 13 : The Unwanted Person

4.2K 468 21
                                    

Kalau otak Ema konslet sepertinya dia akan terbawa perasaan dengan sikap Kaisar saat ini. Bagaimana tidak baper? Sejak tadi wanita itu memergoki bosnya menatapnya lekat-lekat dari ruangannya. Sekalipun jarak mereka cukup jauh dan ada kaca yang membatasi, tapi tatapan Kaisar seolah menembus kaca hingga membuat Ema sadar.

"Kenapa sih?" batin Ema.

Wanita itu menunduk dalam-dalam. Fokusnya Ema usahakan hanya pada pekerjaannya di layar komputer.

Hanya saja baru beberapa detik niat fokus ingatan Ema malah berputar ke kejadian semalam. Sepertinya keanehan Kaisar sudah terjadi sejak pria itu pulang dari apartemen Mario.

Tiba-tiba saja Kaisar pulang seorang diri dengan taksi alih-alih sopir pribadinya yang sudah stand by di sana. Saat Ema bertanya, pria itu hanya tersenyum, lalu ke kamarnya. Setelah itu tidak ada yang aneh sampai mereka ke kantor dan berkali-kali bosnya menatapnya dalam sambil merenung.

"Kaisar ... udah tau," gumam Ema. Kepalanya manggut-manggut.

Ema menduga Mario sudah memberitahu Kaisar bahwa mereka satu almamater di Universitas Cambridge. Namun, wanita itu tidak paham kenapa background sekolahnaya sampai membuat bosnya menatapnya seintens itu? Adakah hal yang salah seorang lulusan terbaik ekonomi di Cambridge University berakhir menjadi 'pesuruh' elit?

Seketika Ema mendengkus pelan. Kepalanya geleng-geleng. Awal-awal dia menjadi seorang personal assistant pun dia juga merasa menyayangkan kerja kerasnya selama kuliah. Namun, wanita itu paham, apa yang dia kerjakan sekarang adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.

Deringan interkom sukses menyentak Ema. Refleks, diraihnya gagang telepon. Suara menyebalkan Kaisar terdengar di ujung sana.

"Sini. Buru!"

Dua kata, tapi sangat superior. Sebenarnya Ema bisa saja menolak toh dia tidak akan dipecat. Namun, wanita itu tetap menghargai Kaisar sebagai atasannya sekalipun pria itu tidak cukup berguna dan becus dalam bekerja.

Dengan gegas Ema bergerak memasuki ruangan Kaisar. Kedua mata bosnya itu terus mengekorinya. Sampai-sampai wanita itu gemas dan berpikir untuk mencolok mata itu agar berhenti menatapnya dengan tatapan ingin tahu.

"Ya, Pak?"

Hanya saja Ema lagi-lagi memilih diam. Diabaikan saja rasa tidak nyamannya dengan pemikiran Kaisar terhadap dirinya.

"Lo bisa kan bacain report keuangan ini?" tanya Kaisar. Dia menunjuk komputernya. "That's a lot of numbers. I can't."

Ema mengangguk. "Semuanya, Pak?"

"Yep!" Kaisar nyengir. "Sama kayaknya kita kan punya cash cukup buat beli kapal tongkang, tapi kenapa ide gue ditolak mulu sih?"

YA TUHAN! KAPAL TONGKANG LAGI! Ema benar-benar gemas, tapi satu-satunya pelampiasan yang bisa dilakukan hanyalah meremas lipatan blazer-nya.

Segera saja Ema menarik kursi, lalu menduduki sisi Kaisar. Dia pun mulai menjelaskan segala hal mengenai report keuangan terpenting alasan kenapa pria itu tidak bisa membeli kapal tongkang padahal cash mereka cukup.

"Sederhananya, Pak, cash cukup bukan berarti bisa dipakai semuanya untuk investasi pada satu benda yang sebenarnya belum urgent untuk digunakan. Beli kapal tongkang baru itu great idea, I admit it. Cuma ya, kita butuh cash lebih banyak lagi." Ema menunjuk angka cash milik Kaisar. "We need twice or maybe tripe cash than this, Pak, baru masalah kapal itu bisa kita bahas lebih lanjut. Kecuali kalau bapak berhasil dapat investor buat pendanaan kapal yang harganya nggak main-main tentu aja."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang