Lama-lama Ema bisa membuat satu buku sendiri berisikan alasan kenapa dia membenci Kaisar. Hari ini, dia menemukan alasan baru kenapa dia kesal dengan bosnya itu; ucapan gila pria itu dan menjadikan Ema harus menghindari Kaisar sepanjang hari.
Untungnya ketika di panti Bu Mariyam membuat Ema sibuk. Mulai dari membantu bersih-bersih bahkan sampai memasak. Kaisar juga tampaknya terjebak bersama Raknan dan anak-anak yang akhirnya menemukan pria dewasa yang bisa diajak bermain bola.
Ema mengira ketentraman itu akan berakhir saat mereka pulang. Dia harus ikut pulang bersama Kaisar karena mereka berangkat diantar Pak Dudung. Maka pulang pun dijemput oleh sopir Kaisar tersebut. Ternyata dugaan dia salah.
Sepanjang perjalanan pulang kurang lebih tiga jam ini, Ema bersembunyi dengan pura-pura tidur. Dia juga sengaja mengeluh lelah pada Dudung agar Kaisar tak menganggu. Benar saja ketika wanita itu dibangunkan, mereka sudah sampai di rumah dan bosnya tak terlihat.
"Pak, makasih ya udah dianterin. Saya masuk rumah dulu."
Setelah mengatakan itu Ema turun. Langkahnya ringan memasuki rumah karena Kaisar tampak sudah melupakan kejadian siang tadi. Jadi, wanita itu bisa bebas sekarang.
Namun, kesenangan wanita itu hanya bertahan beberapa menit saja. Siapa sangka ketika Ema berbelok menuju kamar tidurnya, sudah ada Kaisar di depan pintu. Pria itu bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya.
"Pak," panggil Ema. Dia berdehem pelan, lalu bersikap biasa saja sekalipun jantungnya jumpalitan sekarang. "Bapak salah kamar?"
Kaisar menatap Ema singkat, lalu melirik pintu kamar di belakangnya. Barulah dia kembali bersuara, "Ini kamar lo, kan?"
"Iya, Pak. Ini kamar saya."
"Berarti gue nggak salah kamar."
Kening Ema berkerut. Firasat buruknya datang. Namun, dia tetap bersikap seolak tak terjadi apa-apa. "Bapak mau tidur di kamar saya?"
"Boleh." Kaisar mengangguk. "Gue mau tidur di kamar ini, tapi harus sama lo tidurnya."
Mata Ema memelotot. Nada suaranya meninggi saat berkata, "Pak, saya ini asisten pribadi bukan temen tidur, Pak Kaisar."
"I know." Kaisar mendengkus geli. "Tapi bakal beda kalau ... punya status hubungan lain."
"Status hubungan lain? Majikan sama babu? Sama aja, Pak." Ema menggeleng. "Udah ah, Pak. Saya ngantuk. Capek seharian."
"Capek seharian ngehindari dari gue, Emerald?"
Ema diam. Kesabarannya sudah sampai di ujungnya. Dia memasang wajah sama datarnya seperti yang Kaisar lakukan. "Sebenernya mau bapak apa sih? Saya capek banget. Beneran. Jadi tolong kasih saya–"
"Gue cuma mau bahas masalah siang tadi, Emerald." Kaisar memotong ucapan Ema. Pria itu menegakkan badannya. "Lo lupa sama yang gue bilang tadi siang? Pernyataan ... gue."
"Itu ... inget," jawab Ema setenang mungkin. "Saya anggap bapak nggak pernah ucapin itu dan saya nggak pernah denger. Case closed! Jadi sekarang bapak balik ke kamar dan tidur."
Sekali lagi Ema berusaha menerobos masuk ke kamarnya. Namun, Kaisar malah mencekal lengannya.
"PAK KAISAR!" Nada suara Ema meninggi. Kekesalannya semakin menjadi-jadi karena ditahan masuk. "Apalagi sih?"
"Case closed lo bilang?" Kaisar mendengkus keras. "Yang bener aja! Gue, Kaisar Rahadiningrat bilang kalau gue suka lo dan lo bilang lo nggak denger. Seriously?"
"Oke. Oke." Ema manggut-manggut. "Pak, Bapak lupa Bapak tadi nggak bilang 'I like you' you've said 'I think I like you'. You just think not feel and for me it's not a confession, okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...