Selama sepersekian detik Kaisar hanya diam menatap wanita gemuk di depannya ini. Sebelum kemudian, mulutnya terkatup. Tatapannya mulai jelalatan mencari-cari cahaya kecil merah atau benda apa pun yang bisa digunakan seseorang untuk merekam kejadian gila beberapa saat yang lalu.
"Mana kameranya?" tanya Kaisar. Suaranya terdengar agresif. "Lo taruh mana kamera tersembunyinya? Lelucon barusan nggak lucu sama sekali!"
Kening Emerald mengernyit. "Pak, masih mabok ya? Nggak ada yang mau rekam Pak Kaisar di kamar abis berbuat tak senonoh sama cewek."
Wajah Kaisar memerah. Bukan hanya emosi, tapi tentu saja malu karena seorang wanita asing entah siapa pun itu masuk ke kamarnya dan melihatnya tidur bersama seorang wanita.
"Diem!" Kaisar menaikan nada suaranya. "Udah deh, leluconnya cukup sampai sini ya! Mending lo pergi daripada gue bawa lo ke kantor polisi atas tindakan menerobos masuk properti orang tanpa izin. Lagian gue punya aspri sendiri dan itu bukan cewek gendut macam lo karena pasti lelet."
Emerald memelotot. Ekspresi kesalnya sama sekali tidak ditutupi. Bahkan wanita itu juga tidak menunjukkan rasa segan sebagai bawahan jelas menunjukkan indikasi penipuan.
"Kalau Pak Kaisar tanya mengenai asisten pribadi sebelumnya yaitu Pak Rizky. Beliau sudah dipindah tugaskan ke bagian lain." Emerald mendengkus keras. "Kedua Pak Kaisar, tindakan body shaming masuk kategori perbuatan tidak menyenangkan dan kalau saya nggak seneng, saya bisa laporin bapak ke polisi. Ketiga, saya juga nggak mau jadi bawahan Bapak, tapi saya diminta langsung dan khusus oleh Pak Mahesa Rahadiningrat, ayah Pak Kaisara Rahadiningrat."
Masih dengan emosi, Kaisar kembali berkata, "Saya nggak–"
"TUNGGU! TUNGGU TUNGGU!" Emerald mengangkat tangan. Dia memberi isyarat agar Kaisar diam dan anehnya pria itu refleks mengatupkan bibirnya.
"Bapak dengerin aja voice note Pak Mahesa, oke?"
Tahu-tahu saja Emerald memamerkan ruang obrolan dengan Mahesa. Tak lama rekaman suara pun diputar.
"Kalau Kaisar nggak percaya sama kamu suruh dengerin ini aja." Terdengar tarikan napas dalam-dalam, lalu diembuskan pelan-pelan. Tak lama suara Mahesa terdengar keras. "KAISAR! Si Rizky udah Papi pindahin ke tempat lain. Sekarang aspri kamu Emerald. Jangan macem-macem kamu sama dia. Nurut aja apa yang Emerald suruh, siapin, bahkan lakuin ke kamu. Kalau sampai Papi denger Emerald ngeluh, semua keuangan kamu Papi tarik!"
Seketika mata Kaisar memelotot. Kemudian, tatapannya berpindah antara voice note Mahesa, lalu Emerald. Kepalanya geleng-geleng. Bagaimana bisa dia harus menuruti wanita gemuk dan tidak sedap dipandang ini? Punya asisten pribadi pria saja dia ogah-ogahan, ini malah wanita yang pasti lelet karena kelebihan lemak.
"So, karena Pak Kaisar udah denger perintah Pak Mahesa, jadi saya to the point aja." Emerald kembali bersuara. Sementara Kaisar masih memasang ekspresi shock beratnya, masih tidak percaya dengan isi rekaman suara sang ayah. "Pak Kaisar mandi sekarang juga!"
"HA?" ucap Kaisar begitu saja. Tatapannya memelototi jam singkat, lalu kembali pada Emerald. "Ini bahkan belum pukul tujuh pagi!"
"Sebenarnya ini udah terlalu siang buat Pak Kaisar bangun dan mandi, tapi hari pertama selalu ada penyesuaian." Emerald tersenyum dan Kaisar bergidik. Perasaan buruk hinggap di hatinya. "Sekarang Pak Kaisar bangun dan mandi atau saya bawa kamar mandinya ke sini."
Refleks, Kaisar menggeleng. "Nggak, nggak. Saya masih mau lanjut tidur. Ngantuk!"
"Oke, saya bawa kamar mandinya ke sini."
Tahu-tahu saja Emerald sudah berbalik dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Terdengar suara air mengalir dari sana selama beberapa saat. Tak lama wanita itu keluar dengan seember air di tangan dan siap disiram kepada Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomantizmHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...