Dengan berat hati Kaisar harus mengakui bahwa dirinya mendadak bukan dirinya mulai saat ini. Kenapa dia bisa mengatakan itu? Karena di hari senin pukul 5.45 pagi, dia sudah ada di ruang fitness pribadinya. Personal Trainer bahkan Emerald saja belum sampai di sini.
Sambil mengangkat dua beban 10 kilogram kiri kanan, pria itu mendesah napas panjang. Badan boleh sedang melatih otot, tapi otaknya seolah tak berada di tempat. Ingatan akan cerita-cerita singkat Emerald beberapa hari lalu sukses berputar di kepala.
Detik di mana Kaisar mengetahui betapa berat dan sulitnya hidup Emerald, hati pria itu terasa ikut remuk. Sikap kerasnya dan perubahan fisik asistennya itu sangatlah masuk akal. Termasuk alasan kenapa Emerald lebih memilih untuk libur di hari sabtu daripada menunggunya.
Setidaknya kesayangan Emerald itu adiknya bukan yang lain. Seketika Kaisar memelotot dengan pemikirannya. Buru-buru dia menggelengkan kepala. Dia simpati, tidak ada perasaan khusus apa pun. Titik.
"Emerald, Emerald," bisik Kaisar. Kepala pria itu menggeleng.
Harus diakui selain simpati, Kaisar juga merasakan kebanggan memiliki seorang Emerald di sisinya. Baru kali ini dia menemukan seorang wanita tangguh. Hidup sudah jahat padanya, lima tahun juga waktu yang panjang untuk mengakhiri hidup, tapi Emerald tetap berada di sini dan mereka bertemu. Pria itu tepuk tangan sekeras-kerasnya kalau bisa.
Tiba-tiba saja bunyi pintu yang terbuka keras menyentak Kaisar. Sontak dia mendongak seraya menaruh barbelnya ke lantai. Kening pria itu langsung berkerut menemukan Emerald berdiri di ambang pintu. Napasnya tersengal. Keringatnya mengaliri kening dan pelipisnya.
"Lo ... abis ngapain?" tanya Kaisar. Kening pria itu berkerut. Didudukinya kursi terdekat agar bisa menatap Emerald.
"Bapak yang ngapain?"
Pertanyaan Emerald semakin menambah kerutan di kepala Kaisar. Apalagi asistennya itu tiba-tiba mendekat, lalu berlutut di depan kursi yang dia duduki.
"Lo ... kenapa deket-deket sih?" tanya Kaisar. Dia membuang muka dengan suara agak gemetar.
"Kenapa bapak tiba-tiba udah di sini aja sebelum pukul enam?" tanya Emerald.
"Ya, kenapa enggak?" Kaisar malah balik bertanya. "Ini kan home fitness gue, Emerald. Dan bukannya lo sendiri yang suruh gue wajib olahraga pukul enam pagi setiap hari ya?"
"Iya, tapi kan–"
"Eh, iya. Gimana kemarin hari minggu? Raknan pasti seneng ketemu lo selain hari sabtu, kan?" Kaisar buru-buru mengganti topik agar Emerald tak menanyakan keanehan pria itu.
"Pak, makasih buat libur di hari minggu kemarin dan juga udah minta Pak Dudung buat anterin saya ke Puncak lagi." Emerald menghela napas dalam. "Tapi sekarang fokus saya adalah bapak. Ini saya heran lo kenapa Pak kaisar mendadak berubah jadi kayak bukan bapak."
"Astaga, gue masih Kaisar kali." Kaisar mendengkus keras. "Cuma ya Kaisar yang mendadak bisa bangun sebelum pukul enam pagi."
"TUH KAN NGAKU KALAU MENDADAK JADI ANEH!" Emerald semakin mendekatinya. Wanita itu bahkan tidak sungkan mengunci tatapan Kaisar. "Bapak kemarin seharian ngapain pas saya ke Puncak? Lewat tempat angker ya terus kesurupan?"
Kaisar melongo. Namun kali ini ditambah dengan debar jantungnya yang siap meledak.
"Ngaco!" Kaisar mulai meninggikan suara. "Gue di rumah seharian."
"Atau jangan-jangan." Emerald menyipitkan matanya. "Bapak punya rencana busuk lain ya? Kayak waktu itu rencana bikin saya suka sama bapak."
Kaisar terbelalak. Suaranya agak terbata saat berkata, "Lo ... lo kok tau?"
![](https://img.wattpad.com/cover/358240145-288-k614596.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...