Chapter 2 : New Accompany

5.8K 584 13
                                    

Apa ada yang lebih dingin dari ruang tunggu rumah sakit? Bagi Ema jawabannya adalah ada. Seperti saat ini, sudah menunggu di ruang tunggu rumah sakit yang dingin. Eh, diseberangnya ada Kaisar yang sedang memelototinya dengan tajam.

Mungkin Kaisar tidak terima dengan segala kegaduhan yang Ema lakukan pada pria itu seharian ini. Namun, kalau wanita itu pikir-pikir, dia juga tidak terlalu salah. Lagi pula salah satu tugasnya adalah membuat bos barunya ini disiplin dan ini adalah caranya. Kelembutan tidak cocok untuk pria macam Kaisar.

Tanpa sadar ingatan Ema berputar beberapa waktu silam, sebelum dirinya dipindah tugaskan menjadi asisten pribadi Kaisar. Dia ingat obrolannya dengan Mahesa dan Ratna di suatu malam.

"Kalau kamu mau jadi asisten pribadi Kaisar dengan segala hal yang udah kita sepakati sebelumnya, Ema. Bukan hanya masalah finansial, tapi hal yang kamu minta itu bakal saya turutin."

Tidak salah menjadikan Mahesa Rahadiningrat sebagai salah satu dari pebisnis sukses di Indonesia. Pria itu selalu punya tawaran bagus yang sulit ditolak. Ema dan segala hal kacau dalam hidupnya hanya bisa mengiakan. Sekalipun ketika dijalani dan baru sehari, dia sudah agak kelelahan.

"Kenapa lama banget sih?"

Suara Kaisar yang terdengar judes itu memecahkan keheningan. Ema kembali mendongak. Bos barunya itu sedang melipat tangan di depan dada di kursi seberang. Kaki kirinya terus mengetuk-ketuk permukaan lantai. Untungnya sekarang tatapannya tertuju pada pintu ruang dokter yang masih tertutup sejak mereka keluar belasan menit lalu.

Ema mendesah napas panjang, lalu menjawab, "Paling cepet dua pulu menit, Pak."

"Kalau selama itu kenapa nggak langsung balik aja sih?" Kaisar masih menggunakan nada ketus. "Kan buang-buang waktu."

"Nggak, Pak." Ema menggeleng. "Lagian Bapak juga baru ada meeting pukul sebelas sampai makan siang. Selama itu Bapak juga cuma gabut di kantor."

Kaisar kembali memelototi Ema. Namun, wanita itu sama sekali tidak takut. Mahesa sudah memberinya hak penuh untuk membuat bosnya ini patuh.

"Enak aja! Saya itu kerja walau–"

Kata-kata Kaisar terhenti saat mendengar suara pintu dibuka. Baik pria itu ataupun Ema langsung menoleh menuju sumber suara. Dokter yang mengurus tes kesehatan Kaisar itu muncul dengan sebuah amplop di tangan.

"Dok," panggil Ema begitu saja. Dia berdiri menghadap dokter. "Anything serious?"

Dokter tersenyum ramah. Diserahkannya surat itu kepada Ema yang lebih dulu mendatanginya. "Harusnya hal-hal kayak gini emang dibicarain secara private di ruangan saya, tapi karena semua hasilnya bagus dan nggak ada yang serius jadi saya cuma perlu kasih ini dan bilang itu aja."

"SEE?"

Teriakan Kaisar membuat Ema mendengkus tanpa sadar. Wanita itu buru-buru membuka hasil medical check-up. Di sini semua tulisannya negatif. "Beneran nggak ada penyakit kelaminnya kan, Dok?"

"Iya, beneran nggak ada." Dokter terkekeh. "All clean."

"Lo berharap gue penyakitan gitu?" Kaisar kembali mengomel. "Harusnya kalau lo tau bos lo ini sehat dan bersih, lo bersyukur. Ini malah disumpahin! Gue laporin ke bokap gue biar lo dipecat."

"Laporin aja," balas Ema. Ditatapnya Kaisar dengan ekspresi datar. "Saya nggak nyumpahin Bapak sakit, tapi saya bener-bener mau pastiin bapak seratus persen sehat. Kayak yang saya bilang sebelumnya, lebih baik tau sakit sekarang dan buruan diobati daripada telat."

Kaisar berdecak pelan. Dia bergumam, "Terserah lo deh!"

Tahu-tahu saja Kaisar berbalik dan berjalan menjauh begitu saja. Ema memelotot. Benar-benar tidak ada kata terima kasih atau berbasa-basi dengan dokter yang telah membantunya beberapa saat lalu.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang