Chapter 24 : She's Got That Smile

3.6K 414 50
                                    

Air mata Ema terus bercucuran. Tubuhnya gemetar. Tangannya memang bersih, tapi kemeja dan celana hitamnya terlihat merah bekas darah. Ingatan-ingatan buruk mengenai masa lalu seolah berputar dalam kepala tanpa hentinya.

Sekarang Ema duduk sendirian di ruang tunggu. Tatapannya nanar tertuju pada ruang operasi. Sekalipun bukan dirinya yang berada di dalam sana untuk berjuang dalam hidup dan mati. Hanya saja pengalaman yang Ema rasakan hari ini sukses membuatnya ngeri.

Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki cepat. Suara orang yang memanggilnya berulang kali dengan lantang itu sukses bikin ribut. Perlahan Ema menoleh. Matanya semakin memburam saja melihat siapa yang datang mencarinya.

"Emerald! Emerald!"

Suara Kaisar dan disusul sebuah pelukan pria itu berhasil menjadikan isakan Ema terdengar semakin memilukan.

"Ya Tuhan, Emerald." Kaisar mengurai pelukannya. Wajah pria itu memucat. Keringat di mana-mana. Napas pun masih tersengal. Namun, bosnya itu malah terus menatap Ema sambil memperhatikan wanita itu lekat-lekat. "Mana yang luka? Ini dahi kamu kenapa diplester? Terus mana lagi yang sakit?"

"Nggak ada," jawab Ema pelan dan lambat. Suaranya agak bergetar saat menjawab. "Nggak ada ... luka lagi."

"Kamu nggak bohong kan, Emerald?" Kaisar masih terus menatap Ema dengan kekhawatiran yang dalam. "Ini baju kamu kenapa banyak noda darah? Emerald, tolong jangan bohong. Tolong banget. Aku nggak akan tenang kalau diem-diem kamu sakit. Kalau kamu sakit kita obatin sama-sama ya. Aku temenin. Pasti aku temenin."

Entah mengapa ucapan Kaisar itu terdengar menghangatkan hati Ema. Senyum yang sejak tadi menghilang sedikit tersungging di wajahnya.

"Kaisar." Ema memanggil Kaisar pelan. Tidak ada embel-embel Pak seperti biasanya. Bahkan sikap formalnya detik itu seolah dibuang sejenak. "Aku baik-baik aja, Kaisar."

"Serius? Darah ini?"

Ema menggeleng. "Bukan darahku." Dia melirik ruang operasi. "Darah orang di dalam."

"Kamu nabrak?" tanya Kaisar. "Nggak apa-apa. Nggak apa-apa. Nggak usah takut. Nanti kita urus sama-sama ke pengadilan. Aku bakal telepon pengacara terbaik di negeri ini buat selamatin kamu. Nggak apa-apa. Nggak apa-apa. Aku temenin."

Kata aku temenin yang terus Kaisar gumamkan sekali lagi membuat hati Ema terenyuh. Isakan lirihnya tahu-tahu saja mengeras. Dan semakin terdengar raungan saat merasakan kembali pelukan Kaisar.

Setelah sekian lama berjuang sendiri. Bahkan Raknan hanya bisa terdiam kaku di rumah sakit kala itu. Akhirnya ada orang yang mengatakan bahwa dia akan menemani Emerald. Wanita itu benar-benar tersentuh sekarang.

***

Bunyi air yang mengalir pelan menuju pembuangan terdengar. Aroma lavender yang menjadi satu-satunya sabun yang tersedia tersebar ke seluruh ruangan. Titik-titik air yang menguap menjadi embun menempel di cermin di depan Ema sekarang.

Perlahan Ema mengusap permukaan cermin. Pantulan dirinya mulai terlihat jelas. Wajahnya tak sepucat saat masuk kamar mandi pertama kali. Sudah ada warna terlebih di bibirnya yang tak sempat diberi pewarna bibir. Bahkan sekarang ada seulas senyum terbit di wajahnya dengan pipi merona alami.

Ketukan di pintu tiba-tiba menyentak Ema. Tak lama sebuah suara terdengar, "Emerald, kamu baik-baik aja di dalam?"

Untuk sesaat napas Ema tertahan. Debar jantungnya kembali berdegup kencang nyaris seperti ingin meledak. Padahal itu hanya suara Kaisar. Namun, kenyataan bahwa mereka di dalam kamar hotel yang sama; Ema di kamar mandi dan Kaisar di kamar tidur. Kemudian, perubahan cara bicara dengan aku-kamu sukses mengacaukan hati wanita itu.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang