Chapter 39 : Get Caught!

2.7K 343 25
                                    

Hijau apa yang sama indahnya dengan hijaunya uang? Bagi Ema, warna hijau dalam tabel pendapatan perusahaan yang sedang dipresentasikan saat ini menjadikannya senang bukan main. Ini berarti selama tiga bulan setelah investasi puluhan miliar David masuk, uang itu digunakan dengan baik.

Bunyi tak, tek, tak, tek menarik perhatian Ema. Seketika senyum miringnya tersungging. Ternyata ada yang jauh lebih membahagiakan lagi daripada uang, perubahan sosok Kaisar dari awal bertemu hingga sekarang.

Dulu, Ema sangsi susah mengajak Kaisar untuk masuk ke dalam rapat dan berkonsentrasi penuh dengan pekerjaannya. Sekarang, pria itu bahkan rajin mengadakan rapat. Sikap Kaisar pun juga sudah berbeda dalam menghadiri rapat. Duduknya tegak. Tatapannya lurus pada layar presentasi dengan file presentasi yang telah dicetak dan sudah dibaca sebelumnya. Tangan kirinya memangku dagu, sementara tangan lainnya terus memainkan bolpoin. Dia juga aktif bertanya dan memberi masukan.

"Good!" Kaisar menaruh bolpoinnya, lalu memberikan tepuk tangan.

Tiba-tiba saja Kaisar melirik Ema sekilas. Senyum miringnya tersungging sejenak, sebelum fokusnya kembali pada manajer pemasaran di depan ruangan.

"Next month saya nggak mau tahu, harus ada perusahaan baru yang join kita buat ekspor-impor ini. Luar dan dalam negeri, semua kita harus ambil." Telunjuk Kaisar terbuka, lalu dia kembali berkata, "But the most important than that is about our quality guys! Saya nggak mau lagi denger ada masalah barang rusak saat pengiriman, kecuali karena alam. Nggak mau juga denger ada preman-preman ilegal yang gabung kerja di kita seenaknya. Semua pegawai mau itu outsource pun harus tertulis dan kontrak. Kalau para preman itu mau kerja sama kita pun nggak masalah, saya nggak butuh ijazah, saya butuh kemauan kerja benar, baik, dan cepat. Paham kan semuanya?"

"Paham!" jawab semua peserta rapat dengan kompak.

Kaisar sendiri langsung memamerkan senyum lebarnya. Sementara itu Ema merasakan tangan prianya itu menepuk pahanya, tanda bahwa dia sedang bahagia dan bangga pada dirinya sendiri.

"Oke kayaknya itu semua untuk hari ini. Thanks buat semuanya dan selamat bekerja."

Begitu Kaisar menutup rapat, satu per satu orang mulai meninggalkan ruangan. Ema sendiri masih tinggal. Sekalipun dia punya julukan lagi sebagai asisten pribadi Kaisar, tapi dia tetap bekerja sebagaimana asisten pribadi mengurus barang-barang bosnya.

"Ngapain lo masih stay?"

Pertanyaan Kaisar itu membuat Ema melirik. Ternyata Mario masih tinggal di kursinya.

"Calm, Dude!" Mario mendengkus geli. "Gue di sini cuma mau bilang kalau gue amaze sama lo."

Kaisar mengerutkan kening. "Kenapa? Gue abis ngapain?"

"Sadar nggak sadar lo udah berubah banyak, Kaisar. Dan ini versi terbaik, ya kan, Kak Ema?" Mario melemparkan pertanyaan pada Ema dan wanita itu mengangguk cepat, setuju seratus persen.

"Thanks." Kaisar meringis. Ada senyum kecil yang terlihat, tapi terlalu gengsi untuk ditunjukkan.

"Oh sama satu lagi, Kai," ucap Mario. "Jujur ini agak sedikit mengejutkan buat gue. Selama gue kenal sama lo, lo paling nggak bisa tahan sama cewek lebih dari seminggu. Sekarang lo bahkan udah berbulan-bulan sama Kak Ema dan kayaknya nggak ada tanda-tanda mau ... bubar."

"Hey! Jangan doain yang aneh-aneh dong." Nada suara Kaisar tiba-tiba meninggi.

"Nggak aneh-aneh, Kaisar. Gue ini lagi muji lo." Mario berdecak pelan, lalu kembali menoleh pada Ema. "Kak, kenapa sih pacar lo ini? Nggak bisa ya bedain orang muji sama orang doain jelek?"

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang