Chapter 35 : The Other Trouble Maker

2.5K 283 9
                                    

Mario tiba-tiba lenyap ditelan Bumi. Sepertinya itu kalimat yang cocok menggambarkan sahabat Kaisar yang mendadak tak ditemukan di mana pun. Bahkan, mobilnya tak terlihat di basement

Kaisar mengerang sebal. Salahnya sendiri sepertinya karena terlalu lama menyusul Mario, lalu kehilangan pria itu. Mau bagaimana lagi, Emerald terlihat panik dan sedikit shock mendapati orang lain memergoki mereka melakukan hal tak senonoh di kantor pukul sembilan malam.

Sialan! Sialan! Kaisar menendang angin. Ketika hubungan rahasiamu mulai diketahui satu orang lain, maka hubungan ini akan semakin rumit. Sekalipun dirinya tahu Mario bukan tipikal pria ember yang menceritakan segala hal kepada orang-orang terutama Mahesa.

Tapi tetep aja! Kaisar mengerang putus asa. Dia tidak bisa tinggal diam.

Bunyi dentingan lift menyentak Kaisar. Lantai kantornya sudah gelap dan tak berpenghuni. Satu-satunya lampu yang menyala hanyalah dari ruang kerjanya dan di sana ada Emerald yang menunggu dengan gusar.

"Babe," panggil Kaisar seraya membuka pintu.

Benar saja, Emerald mondar-mandir di ruangan. Ketika menemukan Kaisar bergerak mendekat, wanita itu berhenti. Dia menoleh.

"Mario udah ketemu?"

Kaisar menggeleng. "Kayaknya udah ilang duluan."

"Nggak bisa. Kita harus ketemu Mario." Emerald tahu-tahu saja bergerak menuju sofa. Diraihnya tas tangannya. "Aku harus ke rumah Mario."

"Wait, wait." Kaisar menyipitkan mata. Tangannya mencelak lengan Emerald. "Aku aja yang pergi. Kamu bisa balik duluan. Istirahat. Besok kita masih ada kerjaan lain, Emerald."

"Nggak bisa. Nggak mau." Emerald menggeleng. "Aku nggak akan tenang kalau urusan Mario belum kelar. Kaisar, kita udah sepakat ini jadi rahasia. Kalau ada orang lain tahu, kita harus bungkam dia. Iya, aku harus bikin Mario tutup mulut."

"Babe." Kaisar tersenyum geli. Lucu saja melihat Emerald yang berapi-api. Kata membungkam Mario terkesan seperti pembunuh bayaran yang siap menghunuskan pisau. Cukup menyeramkan, tapi juga menggemaskan di matanya. "Tenang. Aku kenal Mario, dia nggak akan bicara ke orang-orang tentang kita. Lagian nggak akan ada untungnya buat dia."

"Ada. Ada untungnya." Emerald menggeleng. "Mario pernah bilang suka sama aku, tapi aku tolak. Kadang orang patah hati atau sakit hati bisa nekat ngelakuin sesuatu yang buruk. I'm afraid, Kai."

Segera saja Kaisar menarik Emerald, lalu merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. "Aku tau dia suka sama kamu, tapi Mario cukup logis orangnya. Mario juga orang yang baik dan setia kawan, Emerald. Jadi kurasa sekecewa apa pun dia sama penolakan kamu, dia pasti berusaha bersikap baik karena kamu ... pacar aku."

Beberapa kali usapan kepala, Emerald mulai terasa lebih rileks. Perlahan Kaisar mengurai pelukannya. Senyum kecilnya terpasang. "Don't think too much, Babe. I mean it."

"Tapi kamu tetep harus cari Mario dan ngobrol sama dia kalau apa yang dia liat tadi di sini cuma khayalan buruk dia aja. Oke?"

Kaisar mengangguk. "Kamu pulang, aku cari Mario. Bentar aku panggil Pak Dudung buat anter kamu balik."

Sambil memeluk Emerald, Kaisar merogoh saku celananya. Diteleponya Dudung untuk meminta sopirnya itu bersiap-siap mengantar Emerald pulang. Sementara dirinya akan langsung menghubungi semua orang untuk menemukan di mana Mario berada. Dia sudah berjanji pada Emerald untuk mencari Mario, maka Kaisar akan mencarinya.

***

Baru juga beberapa detik turun dari taksi tiba-tiba ponsel Kaisar berdering. Refleks, dia merogoh saku celana seraya berjalan menuju pintu masuk ROOMS. Ketika menemukan nama Emerald di layar, pria itu langsung berjalan menuju pinggir bangunan yang lebih sepi.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang