Panti Asuhan Berlian, beberapa bulan sebelumnya ...
"Saya tahu kamu punya hubungan romansa sama Kaisar, Emerald."
Ucapan Mahesa yang tak terduga diikuti kedatangannya yang tiba-tiba sukses membuat Ema terpaku di tempat. Langit sore ini cerah bahkan kulitnya masih merasakan terik yang bersinar. Namun, entah kenapa wanita itu seperti tersambar petir hingga menjadikannya kaku hingga tak bisa berkata-kata.
"Kamu diam aja, Ems. Kata-kata saya benar berarti?" Mahesa memasang senyum mengejek. Kepalanya menggeleng seraya memasukan tangan kanannya ke saku celana. "Ems, Ems, disuruh cariin anak saya jodoh malah kamu yang pacarin dia."
Ema menelan ludah banyak-banyak. Matanya tanpa sadar melirik pagar balkon di sebelahnya. Kepalanya mendadak memunculkan ide untuk lompat ke bawah, lalu berharap langsung hilang ditelan bumi. Karena jujur saja, dia takut dengan Mahesa. Takut dengan konsekuensi yang akan didapatkannya karena tidak mengikuti perintah atasan utamanya ini.
Namun, suara Kaisar yang terdengar di halaman belakang mengalihkannya. Prianya itu sedang mendekati Raknan, orang yang dipanggil dengan suka cita. Mereka berbincang selayaknya dua teman akrab padahal baru bertemu beberapa kali selama beberapa minggu ke belakang.
Kaisar. Ema memanggil nama Kaisar dalam hatinya yang terdalam. Benarkah dia ingin merelakan sosok itu hilang dari hidupnya hanya karena dia takut pada Mahesa? Benarkah dia siap kehilangan orang yang membuatnya punya alasan untuk bahagia? Benarkah Ema sanggup membiarkan cahayanya pergi begitu saja dan kembali hidup dalam gelapnya dunia?
Ema menggeleng keras. Dia tidak mau kehilangan Kaisar. Apalagi setelah akhirnya dia merasakan bahagia.
"Ems." Mahesa kembali memanggil.
Kali ini Ema menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri mendongakan kepala. Ditatapnya Mahesa lekat-lekat. Rasa takut itu masih ada, tapi dia memilih untuk menyingkirkannya sejenak. Tidak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan bahkan pelangi saja harus melewati badai dahsyat demi bisa terlihat.
"Om Mahesa," panggil Ema. Mati-matian dia menahan agar suaranya tak bergetar. "Benar, saya dan Kaisar berpacaran."
Mata Mahesa melebar sesaat, sebelum mendengkus keras. "Ya Tuhan, Ems, saya kira kamu bakal mengelak mati-matian ternyata saya salah. Benar juga, seorang Emerald Amaranggana tidak pernah takut menghadapi apa pun atau siapa pun. Hebat."
Entah itu pujian atau bukan, tapi Ema memilih diam. Kepalanya masih terlalu rumit memikirkan cara untuk meminta restu Mahesa.
"Om, saya mau bicara serius," ucap Ema setelah keheningan panjang.
Kening Mahesa berkerut. "Apa?"
"Saya nggak mau putus sama Kaisar. Kalau Om Mahesa ataupun Tante Ratna belum restui kami, saya bakal usaha sampai dapat restu," ucap Ema sungguh-sungguh. "Saya paham Om pernah kasih saya peringatan bahwa saya nggak pantes sama Kaisar karena masalah status ekonomi, tapi saya nggak bisa menolak kehadiran Kaisar gitu aja. Selama ini hidup saya isinya cuma sedih-sedih dan pekerjaan sampai akhirnya saya ketemu Kaisar. Dia bikin saya punya alasan buat ketawa, buat ngerasain bahagia lagi. Sekarang setelah saya ngerasain bahagia, saya nggak mau kehilangan kebahagiaan saya gitu aja. Rintangan dan risiko apa pun bakal saya hadapi."
Senyum Mahesa menghilang. Kedua tangannya sekarang masuk di kantong celananya. "Berarti kamu siap untuk saya pecat dan siap untuk bayar ganti rugi karena Ems kamu melanggar kontrak. Bikin Kaisar punya jodoh, bukan malah kamu pacari."
"Secara klausa tidak disebutkan dengan jelas siapa jodoh yang Kaisar pacari itu berarti cewek mana pun termasuk saya masuk dalam kategori jodoh untuk Kaisar."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...