Chapter 23 : The Other Option

3.4K 407 15
                                    

Kaisar tidak pernah bangun tidur sekaget ini. Matanya terbuka lebar-lebar. Tahu-tahu saja ketika matanya terbuka, langit-langit kamarnya yang gelap telah terang padahal lampu belum dinyalakan. Saat menoleh menuju jendela, dia semakin memelotot mendapati banyaknya cahaya matahari yang menyeruak memasuki kamar tidurnya.

"Emerald!"

Tanpa sadar dia meneriaki nama Emerald. Kaisar sontak melompat menuruni tempat tidur. Jam digital di nakasnya sudah menunjukkan pukul sembilan di hari sabtu. Ini jelas sudah sangat terlambat jika dia ingin mengikuti asistennya itu menuju panti asuhan di Puncak.

Agak sedikit berlari Kaisar keluar dari kamar tidurnya. Saking terburunya, dia bahkan tak memedulikan kakinya yang menginjak sesuatu di lantai. Terpenting dia harus memastikan apakah Emerald sudah berangkat atau belum.

Begitu berdiri di depan pintu kamar Emerald, Kaisar langsung menggedornya. Dia kembali berteriak, "Emerald! Emerald Amaranggana, buka pintunya."

Tidak ada jawaban. Kaisar juga mencoba untuk membuka pintu kamar Emerald, tapi pintu terkunci rapat. Seketika pria itu gondok. Dia ditinggal pergi tanpa izin.

"Indra! Indra!"

Kali ini sosok yang Kaisar cari berpindah ke kepala pelayannya. Setidaknya dia harus tahu apakah benar Emerald sudah berangkat atau tidak dan menggunakan apa. Takutnya asistennya itu masih bebal menggunakan mobil bututnya karena merasa mobil baru pemberian Kaisar terlalu berlebihan.

"Indra, Ndra!" Kaisar terus memanggil kepala pelayannya seraya turun menuju lantai satu. "Ini pada mendadak budek atau gimana sih? Dipanggil-panggil nggak ada yang datang."

"Hai, Kaisar."

Panggilan dengan suara asing itu membuat Kaisar menoleh. Sontak pria itu memelotot mendapati seorang wanita berambut panjang dan bergelombang sampai sepunggung. Badannya ramping dan sangat pas menggunakan gaun merah mudanya. Dia duduk dengan santai di ruang keluarga rumah Kaisar. Ada ponsel di tangannya.

"Hai." Sekali lagi wanita asing itu menyapa seraya melambaikan tangan. Kali ini dia berdiri dari sofa, lalu mendekati Kaisar.

"Lo ... lo siapa?" Kaisar merasa risih. Dia sering membawa cewek ke sini, tapi baru kali ini ada cewek tiba-tiba datang ke sini tanpa undangan. Itu cukup mengerikan.

"Tuan muda."

Suara Indra sukses mengembalikan napas Kaisar yang sempat tertahan. Kepala pelayannya yang sudah berumur hampir 60 tahun itu mendekat. Dia menunjuk wanita di depan Kaisar.

"Ini Nona Kyara, calon istri Tuan Kaisar."

"HA?" Kaisar mengangah. Matanya mendelik. "Bercanda."

Kyara terkekeh. Dia mengulurkan tangan pada Kaisar. "Kepala pelayan lo nggak bercanda, Kaisar. Kenalin gue–"

"EMERALD! EMERALD!"

Namun, Kaisar memilih untuk mengabaikan wanita asing itu. Dia kembali berlari menaiki tangga.

Kemunculan Kyara begitu saja tentu bukan tanpa sebab. Status wanita itu yang mendadak jadi calon istri Kaisar jelas mengindikasikan ini perbuatan Emerald. Asistennya itu harus bertanggung jawab karena sudah memasukan orang yang jelas-jelas tidak Kaisar inginkan ke dalam rumahnya.

"EMERALD!"

Kekesalan Kaisar semakin memuncak.

***

Masih setengah telanjang dengan handuk yang melingkari pinggulnya. Badan dan rambutnya pun masih basah. Namun, Kaisar sudah sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Ada ponsel yang terus dia pegang.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang