Chapter 12 : Question Mark

4.1K 478 25
                                    

Baru kali Ema heran sama pekerjaannya sendiri. Ketika pertama kali menjadi asisten pribadi, dia saja cukup merasa aneh kok ada orang mau jadi pembantu versi elit, tapi kerjaannya jauh lebih gila daripada seorang asisten rumah tangga.

Sekarang Ema bukan hanya jadi asisten pribadi, tapi juga mak comblang. Dia harus mencarikan Kaisar jodoh. Bukan bosnya yang memilah bibit, bebet, dan bobot pasangan, tapi dirinya. Terakhir yang paling menyebalkan, dia harus menunggui Kaisar berkencan.

Ema bosan. Saking tidak tahannya, dia memilih memutari mobil Kaisar. Ditinggalkannya sopir di mobil yang asyik bermain gim ponsel.

"Bosan, bosan!" rengek Ema. Disaduknya kerikil di rumput. Padahal belum setengah jam, tapi rasanya ingin pulang saja.

Tiba-tiba saja Ema merasakan seseorang menepuk pundaknya. Refleks, wanita itu meraih tangan yang menyentuhnya. Dengan kekuatan super dan sangat terlatih, dia memelintir tangan itu dan menempelkannya ke punggung orang asing tersebut.

"SAKIT! SAKIT!"

Sebuah teriakan yang cukup familier membuat Ema mendelik. Sontak dia melongo mencari tahu siapa yang akan dia hajar itu.

"Pak Kaisar?"

"LEPASIN TANGAN GUE!" rengek Kaisar.

Ema segera melepaskan cekalannya pada Kaisar. Didorongnya sedikit punggung bosnya itu agar mereka berjauhan.

"Kok Pak Kaisar udah di luar?" tanya Ema. Perhatiannya langsung tercurah pada puncak rambut Kaisar, wajah, dan sedikit kerja baju pria itu. "Kok basah, Pak? Siapa yang siram bapak?"

Bukannya menjawab, Kaisar malah masuk begitu saja ke kursi belakang Mercy. Ema segera menyusul untuk duduk di sebelah pria itu. Diraihnya tisu kering dan tidur basah untuk sang bos menyeka air-air yang menetes.

"Bersihin dulu, Pak. Biar nggak masuk angin," ucap Ema yang dibalas anggukan pelan Kaisar.

Sambil membersihkan air-air dari rambut dan wajahnya, Kaisar mengomel. "Semua gara-gara lo!"

Kening Ema berkerut. "Kok saya yang disalahin?"

"Iya salah lo!" Kaisar memelototi Ema. "Gue nggak mau dijodohin, tapi lo maksa. Udah gitu sama cewek yang bikin gue ilfeel. Emerald, siapa sih yang kasih tau lo masalah Stefani?"

Seketika Ema meringis. Mulutnya langsung terkatup rapat. "Saya ... saya cari tahu sendiri."

"Gue emang agak bego, Emerald. Cuma masalah cewek dan hubungan romansa, IQ gue lumayan di atas rata-rata." Kaisar mendengkus keras. "Udahlah! Gue bete. Anterin gue ke Mario."

"HA?" Ema mulai panik. Nama Mario yang disebut-sebut jelas meyakinkan wanita itu bahwa Kaisar tahu siapa dalang sosok Stefani ini. "Ngapain, Pak? Kan udah malam. Mending kita pulang."

Kaisar menyipitkan mata. "Lo kok sus banget ya?"

"Nggak gitu!" Ema mengibaskan tangan. Otaknya mulai berpikir mencari-cari alasan agar Mario tidak terseret masalah malam ini. "Bapak kan abis disiram air, jadi mending kita balik biar bapak bisa ganti baju. Nanti masuk angin, Pak Kaisar."

"Ganti baju di apartemen Mario kan bisa." Kaisar mendengkus keras. "Udah ah! Gue mau ke rumah Mario titik. Nggak ada kan di kontrak kalau saya dilarang ketemu sahabat-sahabat di rumah mereka?"

"Nggak ada sih...."

"YA UDAH BERANGKAT KE RUMAH MARIO, EMERALD!"

Pada akhirnya, Ema menyerah. Dia berdoa semoga Kaisar tidak melakukan hal aneh-aneh kepada Mario. Adik tingkat slash rekan kerjanya itu sudah baik dan menolongnya, jadi semoga Tuhan yang menolong pria itu kali ini.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang