Chapter 32 : Backstreet Era

2.9K 302 29
                                    

Kaisar selamanya akan tetap Kaisar. Sekalipun pria itu sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam pekerjaan. Sedikit banyak juga investor mulai mempercayainya. Namun, masalah ranjang di kepala sepertinya tidak menunjukkan perubahan positif.

Seharusnya Ema cepat sadar saat Kaisar mengusulkan kencan beberapa hari lalu. Sialnya, kesadarannya sudah terlambat. Semua ini gara-gara baru menyadari ada sebuah tas besar di kursi belakang saat mereka sudah akan keluar dari exit tol memasuki kota Bandung.

"Itu tas apa?" tanya Ema. Jantungnya berdebar. "Yang di belakang."

Kaisar melirik sejenak melalui kaca spionnya. "Oh ... kemarin aku minta Bibi buat pack pakaian-pakaian kamu dan aku ke tas. Biar nggak repot bawa barang banyak, jadi masukin dalam satu tas."

Mata Ema melebar. Suaranya agak meninggi saat bertanya, "Kita nginep?"

Kening Kaisar berkerut. "Iya."

"Kenapa nginep?" Suara Ema terdengar enggan. Bukannya tidak suka berduaan dengan Kaisar, tapi berduaan dengan pria itu membuatnya takut terlalu menyenangkan. Berbahaya. "Kan bisa pulang langsung malamnya."

"Capek dong, Babe." Kaisar menggeleng. Matanya tetap fokus pada jalanan di depannya. "Kan nggak seru happy-happy ngeburu waktu. Makanya aku pikir nginep aja. Romeo udah pinjemin vilanya juga ke aku."

Romeo udah pinjemin Vila? Tanpa sadar Ema menelan ludah. Kenapa ucapan Kaisar dengan nada biasa itu terdengar mengerikan. Bayangan mereka di kamar dan sedang berciuman mesra beberapa hari lalu berputar.

"Aku aja yang nyetirin pulang?"

Seketika Kaisar menoleh. Matanya memelotot. "No way! Sekalipun kamu terlatih buat nyetir tengah malam juga aku nggak mau. Kita bakal seneng-seneng dan aku yakin makin malam makin susah kita gerak, mikir, bahkan cepet lelah. Jadi, mending stay di Bandung semalam, besok pagi jalan-jalan lagi, sore baru balik ke Jakarta. Sounds fun, right?"

Ema mengangah sejenak. "Susah gerak, mirik, dan cepet lelah? Kamu mau ngajak aku mabok sampai hang over?"

"Really?" Tahu-tahu saja Kaisar mencubit kecil pipi Ema. "Babe, aku itu ngajak kamu wisata kuliner di Bandung. Kota ini terkenal banget sama suarga makanan enak. Dan aku jamin no alcohol okay? Kalaupun iya kayaknya di vila aja biar kita sama-sama aman."

Sama-sama enak kan maksud lo. Ema mengerang. "Awas ya, aku nggak mau berbuat lebih jauh dari ciuman. Nggak ya, Kaisar."

Tiba-tiba Kaisar berdehem. "Selama kamu nggak setuju, aku nggak akan nyentuh. Don't think too much, Babe. Just relax. Liburan loh ini. Manfaatin waktu buat bikin diri sendiri happy. We live for today, remember?"

Pada akhirnya, Ema mengangguk pasrah. Kaisar besar, mereka sudah sepakat untuk hidup hari ini dan apa yang terjadi besok ya besok saja dipikirkan.

***

"Kita sampai."

Suara Kaisar membuat Ema mendongak. Sebuah rumah makan dengan palang besar bertuliskan MIH KOCOK BANDUNG. Ketika melihat tulisan mih, air liurnya seperti ingin menetes. Sebagai pecinta olahan tepung berbentuk panjang-panjang itu, apa saja siap dia lahap.

"Aku tau kamu suka makan aneka jenis mi dan kebetulan salah satu makanan legendaris Bandung itu mi ini, jadi aku makin semangat bawa kamu ke kota ini."

Kata-kata Kaisar mengukir senyum lebar Ema. Apalagi diikuti dengan tepukan lembut pria itu di puncak tangan Ema. Wanita itu semakin bersemangat. Masalah menginap yang sempat membuat pusing seolah lenyap begitu saja.

Ternyata tidak salah menobatkan Kaisar sebagai pemain wanita. Pria itu benar-benar tahu bagaimana membuat Ema senang. Dan memenuhi perut dengan makanan kesukaan akan selalu menyentuh hatinya dengan mudah.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang