The game is over. Bagi Ema, hubungannya dengan Kaisar adalah game berbahaya. Misi mereka adalah memastikan hubungan beda kasta itu tidak sampai ketahuan oleh Mahesa. Dan apabila sudah ketahuan, maka permainan berakhir dan mereka kalah.
Siapa sangka permainan yang sudah berjalan mulus kurang lebih empat bulan ini harus ketahuan dengan cara paling memalukan, Ema duduk di pangkuan Kaisar dan mereka sedang berciuman mesra. Mahesa langsung berteriak menyuruh berhenti begitu melihat adegan tak pantas itu.
Dengan enggan Ema berdiri dari pangkuan Kaisar. Dia langsung menundukkan kepala dalam-dalam. Bukan hanya malu, tapi juga merasa bersalah pada Mahesa.
"Kalian ... kalian berdiri." Mahesa menunjuk Ema dan Kaisar. Pria itu sudah duduk di kursi kebesaran Kaisar dalam ruangan ini. "Kasih jarak lima meter jauhnya. Buruan!"
Tanpa membantah baik Ema maupun Kaisar langsung berdiri berjajar di depan meja seberang Mahesa. Keduanya juga memastikan berdiri berjauhan, entah sudah lima meter atau belum.
"Apa-apaan itu tadi?" Mahesa menggeleng. Nada suaranya meninggi. "Kalian nggak ingat ini kantor dan masih siang hari, ha?"
Ema sudah mengangkat kepala. Mulutnya terbuka, walau suaranya tersekat. Dia siap untuk meminta maaf dan ampun kepada Mahesa. Hanya saja sebuah suara menghentikannya.
"Emerald," panggil Kaisar. Keduanya menoleh. Mata mereka bertemu. "Aku aja."
Tahu-tahu saja Kaisar sudah berdiri satu langkah di depan Ema. Sekalipun jarak mereka berjauhan, tapi dia bisa merasakan perlindungan dari prianya.
"Father." Kaisar mulai berbicara. Tatapannya kini lurus pada Mahesa. "Seperti yang Father lihat, aku dan Emerald berciuman. Kita ... pacaran. Bukannya Father udah tau?"
Mata Mahesa terbelalak. Tatapannya langsung tercurah pada Ema. Tangannya menggebrak meja kaca itu dengan keras. "Apa-apaan ini, Ems?"
Ema meringis. "Maaf, Om. Saya–"
"Waktu saya tanya sama kamu tentang hubungan kalian, kamu bilang itu rumor." Mahesa mendengkus keras. "Terus sekarang kalian bilang pacaran? Ems, kamu bohongin saya?"
"Om, saya–"
"Berhenti!" Mahesa berdiri dari kursinya. Tatapannya murka tertuju pada Ema dengan wajah memerah. "Kamu nggak lupa kan hal-hal apa aja yang harus kamu jauhkan dari Kaisar?"
Ema menelan ludah banyak-banyak, lalu mengangguk.
"Sebutkan!"
"Nggak boleh pesta, ke kelab, cewek, dan ... bikin kasus kriminal," ucap Ema lambat-lambat.
"Dan kamu adalah wanita random buat Kaisar, Ems!"
"Father!" Kaisar berteriak kesal. "Emerald is not a random woman! Dia asistenku, ralat asisten yang Papi pilih buat aku."
Mahesa menoleh pada Kaisar. "Udah berani kamu nyelat ucapan Papi?"
"Iya!" Kaisar mengangguk cepat. "Father–Papi udah tau hubunganku dengan Ema. Kalian juga sudah bertahun-tahun jadi rekan kerja, tentu udah saling kenal. Jadi, aku minta restu Papi buat pacarin Ema."
"No!" tolak Mahesa dengan telak. "Di mata Papi wanita tepat untuk kamu hanyalah Kyara. Bukan orang lain, Kaisar."
Kaisar mengerang dengan frustrasi. Dia kembali berbicara dengan nada tinggi. "Kyara? Kyara suka sama orang lain for your information, Father. Dan aku juga suka sama orang lain. Papi mau aku terjebak dalam pernikahan tanpa cinta?"
"So what?" Mahesa berdecak keras. Sorot mata penuh amarah tercurah sepenuhnya pada Kaisar. "Kaisar, bukannya Papi uda bilang berkali-kali? Kamu bebas ngelakuin apa aja dalam hidupmu, tapi nggak jika itu menyangkut pernikahan dan perusahaan. Paham? Nggak peduli siapa dan bagaimana hati kamu sama pasanganmu, terpenting dampak yang terjadi setelah kamu dan Kyara bersatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...