Chapter 33 : His Biggest Nightmare

2.8K 304 15
                                    

Balik ke kanan, balik ke kiri, tengkurap, menutup mata dengan bantal, dan akhirnya telentang sambil menatap nyalang langit-langit kamar yang masih gelap. Tanpa sadar Kaisar berjengit saat mendengar bunyi kriyet kera. Refleks, matanya jelalatan ke sekitar. Sialnya, listrik yang padam karena hujan badai di luar membuatnya benar-benar buta.

"Emerald," panggil Kaisar.

Tidak ada balasan apa pun dari kekasihnya itu membuat Kaisar mulai panik. Segera saja dia meraba ranjangnya. Dicarinya ponsel miliknya itu. Begitu ketemu lampu senter langsung dinyalakan.

Sekali lagi Kaisar memperhatikan sekitar. Tempat asing yang terlihat samar karena cahaya yang agak redup tetap menjadikannya sedikit merinding. Jadi, buru-buru dia mencari sosok Emerald yang memilih untuk tidur di lantai.

Seketika Kaisar berdecak pelan. Emerald tampak tidur damai di bawah sana. Selimut membungkusnya dengan sempurna. Lantai yang keras, udara dingin yang berembus, dan gelap yang menjadikan buta sama sekali tak mengganggunya.

Kok bisa dia tidur setenang itu? Kaisar tidak terima. Apalagi sekarang pria itu ketakutan setengah mati.

Sebuah ide muncul di kepala Kaisar. Sekali lagi dia mulai berguling semakin ke pinggir dan semakin ke pinggir tempat tidur. Perlahan dia menjatuhkan diri di sisi lantai Emerald yang kosong. Untungnya sempat digelar bed cover tebal sebagai alas tidur, jadi badan pria itu tidak terlalu sakit menghantam lantai. Kemudian, dengan segera merentangkan tangan kanannya yang bebas untuk memeluk Emerald.

"This is the best feeling ever." Kaisar menghela napas lega. Saat merasakan tubuh hangat Emerald dan diafragma wanita itu bergerak naik dan turun, pria itu merasa tak sendirian dalam tidurnya.

Baru juga beberapa detik memejam tiba-tiba terdengar teriakan kencang, "AHHH!"

Sontak Kaisar terbelalak. Seketika dia tersentak mendapati dua buat mata hazel yang terlihat samar dari pencahayaan senter ponsel.

"Kaisar!" Sekali lagi Emerald berteriak. "Singkirin tangan atau aku pukul ya?" ancamnya.

Sayangnya Kaisar bebal. Pria itu menggeleng kuat-kuat. "Nggak nggak. Aku nggak bisa tidur kalau nggak peluk kamu."

"Apaan sih? Nggak bisa. Nggak boleh peluk-peluk." Dengan keras Emerald mendorong tubuh Kaisar. "Aku nggak mau ambil risiko ya."

Kening Kaisar berkerut. "Risiko apa?"

"Awalnya peluk-peluk terus nambah cium dan malah berakhir ngelakuin hal yang aku nggak mau lakuin sama kamu untuk saat ini."

Kerutan di kening Kaisar bertambah. Otaknya berpikir apa hal yang dilakukan setelah ciuman dengan lawan jenis. Seketika dia merasa bodoh saat menyadari apa maksud Emerald. "Have sex maksud kamu?"

"Iya!" Emerald menjawab dengan sedikit rona samar di wajahnya. "Kaisar, aku mau menegaskan satu hal, aku nggak mau kayak cewek-cewek kamu sebelumnya yang dengan mudahnya kamu bawa ke ranjang. Apalagi kita nggak punya masa depan, jadi aku nggak mau mempertaruhkan milikku di bawah sana dengan mudahnya dan mungkin tanpa ikatan resmi. Paham, kan? Jadi balik ke kasur!"

Untuk sesaat Kaisar terdiam. Kata-kata Emerald sepertinya akan dia catat baik-baik dalam kepalanya.

Benar, Emerald adalah wanita yang jelas berbeda dari wanita-wanita yang pernah tidur dengan Kaisar. Tidak ada dari mereka yang punya otak cerdas seperti kekasihnya ini. Bahkan sesederhana mandiri membuka tutup botol air mineral saja tidak ada. Jadi, Kaisar pastikan dia akan menghormati keputusan Emerald itu sekalipun terkadang dirinya frustrasi sendiri menahan gairah yang muncul di tengah-tengah romansa mereka.

Untungnya saja saat ini gelap. Rasa takut Kaisar mengalahkan gairah pria itu. Alhasil berpelukan dengan Emerald tidak membuatnya berpikir macam-macam. Karena hanya ada rasa nyaman yang wanitanya itu bagikan.

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang