Chapter 27 : The Bitter Addicted

3.6K 366 21
                                    

Mulut Kaisar mengangah lebar. Selama berdetik-detik dan mungkin nyaris semenit itu, dia hanya diam menatap wanita yang duduk tepat di sebelahnya. Matanya mengerjap berkali-kali. Jantungnya berdebar. Otaknya kosong dan tidak tahu bagaimana cara merespons.

"You said what?"

Namun pada akhirnya, Kaisar tetap harus berbicara. Tiga kalimat itu yang berhasil meluncur dari bibirnya dan memecahkan keheningan canggung.

Emerald yang menjadi lawan bicaranya itu langsung terbelalak. Dia mendengkus keras. "Seriously?"

Kaisar mengangguk. Bukan tidak mendengar, tapi butuh memastikan apa yang dia dengar bukanlah kesalahan indra pendengarannya.

Untuk sesaat Emerald menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Berbeda dari beberapa menit lalu, tidak ada tangis ataupun mata berkaca-kaca di sana. Justru yang ditampakkan sekarang sudut bibir asistennya itu agak turun ke bawah.

"Fine." Emerald berdehem pelan. "Dengerin aku dan aku nggak akan ulangin untuk ketiga kalinya. Kaisar, kiss me or I'll kiss you?"

Seketika Kaisar kembali menganga. Dia tidak salah dengar. Sel-sel dalam tubuhnya mulai merespons. Seluruh pembuluh darahnya mulai bergerak kencang menuju jantungnya untuk dipompa kuat.

Sialnya, mulut dan otak Kaisar tidak cukup sinkron. Otaknya senang bahkan mengiakan begitu saja. Namun mulutnya malah berkata, "Kamu kesurupan ya?"

"What?" Emerald memelotot. "Kamu nggak serius kan sama respons ini, Kaisar?"

"Ya, ya, abis nggak biasanya," jawab Kaisar cepat. "Aku ... kaget."

Ungkapan jujur Kaisar itu ternyata malah menjadikan Emerald jengkel. Tahu-tahu saja suara wanita itu naik satu oktaf. "Padahal kamu sendiri yang bilang kalau semua orang berhak bahagia, Kaisar."

"Iya, semua–"

"Aku terang-terangan mau ngerasain kebahagiaanku dan kamu anggap aku kesurupan. What the heck? Udahlah! Nggak suka aku sama respons kamu. Kalau kamu emang nggak mau lakuin apa yang aku mau, jangan ngatain orang." Tahu-tahu saja Emerald berdiri dari stool bar. Tangannya meraih piringnya. Badannya berbalik siap menuju ke arah wastafel. "Cuci piring sendiri. Kan udah gede ya, Pak Kaisar."

Kaisar buru-buru bereaksi. Ada semacam perasaan takut Emerald akan semakin kesal dengannya. Dan mendadak apa yang mereka miliki sekarang hancur dalam satu malam saja.

Buru-buru Kaisar meraih tangan Emerald. Ditariknya wanita itu agak keras hingga jatuh ke dalam pelukannya.

Dengan sigap Kaisar bahkan memindahkan piring yang Emerald bawa ke meja. Kemudian, dia juga melingkarkan kedua tangan asisten besarnya ini untuk melingkari pinggangnya.

"Kamu ngapain?" tanya Emerald dengan nada galak. Meski begitu, dia tidak merenggangkan pelukannya kepada Kaisar.

"Aku tuh nggak bilang kalau aku nggak mau, Emerald." Kaisar menggeleng. Ada senyum geli di wajahnya. "Aku cuma tanya karena aku nggak biasa aja."

"Ya, tapi pertanyaan kamu itu bikin kesel." Emerald memutar bola matanya.

"Sori, sori," balas Kaisar sambil terkekeh geli. "Tapi, aku mau make sure lagi, ciuman pertama kita waktu itu ... bikin kamu happy?"

"Tanya aja terus ciuman kagak," sindir Emerald yang semakin membuat Kaisar tergelak.

"Ya kan aku mau tau, Emerald. Abisnya setelah ciuman itu kamu kayak ... biasa aja."

Emerald mendengkus keras. Ditatapnya Kaisar dengan ekspresi datarnya. "Kelihatan biasa aja? Good kalau kamu tangkepnya gitu, tapi kalau boleh jujur jelas enggak. Lagian aku orang super profesional, Kaisar."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang