Chapter 46 : Build a Home

2.3K 302 33
                                    

Ini adalah mimpi sederhana Ema jauh sebelum huru-hara kehidupannya yang super gila. Dia ingin menjadi seorang ibu rumah tangga. Tidak bekerja selain mengurus rumah atau mungkin bekerja di sebuah perusahaan yang mengizinkannya tinggal di rumah. Terpenting hidup bersama dengan orang yang dicintai dan mencintainya dengan tulus.

Tanpa sadar Ema menghirup udara banyak-banyak. Senyum lebarnya tersungging. Matanya memejam sambil menikmati terpaan sinar matahari yang menyorot langsung dari jendela kecil yang terbuka di depannya. Mungkin sekarang belum ada pernikahan antara dirinya dan Kaisar, tapi semua itu mendekati sempurna.

Bunyi air mendidih di kompor depannya membuyarkan keheningan yang Ema ciptakan. Buru-buru dia memasukan wortel, makaroni, dan kentang. Tidak lupa juga sedikit potongan sosis. Walau tidak bisa memasak, tapi ternyata membuat sup tidak sesulit yang dibayangkan.

Tiba-tiba saja dua buah tangan memeluk perut Ema. Wanita itu memekik kaget. Pegangannya pada sendok sayur nyaris terlepas. Untung saja dia cepat mengendalikan diri dan memilih menikmati aroma stroberi dari sabun mandi yang mereka gunakan bersama.

"Morning." Suara serak yang berbisik di telinga Ema itu membuat bulu kuduk wanita itu berdiri. Kupu-kupu dalam perutnya pun berterbangan dengan senang.

"Pagi," jawab Ema. Suaranya agak tersekat gara-gara jantungnya yang berdegup tak keruan.

Tanpa peringatan Kaisar mencium leher Ema. Mata wanita itu membulat, sebelum akhirnya mendorong prianya menjauh. Sambil menodongkan sendok sayur, Ema menantang Kaisar yang berjarak satu meter di depannya.

"What?" tanya Kaisar. Bukannya dia marah, dia malah menahan senyum geli. "Babe, aku bukan penjahat."

"Kamu penjahat." Ema menggeleng. "Pencuri hatiku."

Seketika keduanya terbahak kencang, sebelum akhirnya Kaisar merangkul Ema. Mereka berdiri bersisian di depan panci yang sedang memasak sup.

"Ini menarik," gumam Kaisar. Tangannya sesekali mengusap puncak kepala Ema. "Setelah sama kamu beberapa bulan ini, baru kali ini aku lihat kamu masak selain mi instan."

Ema meringis. "Hidup di desa bikin ke mana-mana susah, Kaisar. Bahkan warung makan aja jauh dari sini. Jadi, mau nggak mau aku belanja banyak bahan makanan. Coba-coba masak ikutin yang ada di Internet. Walau nggak terlalu jago, tapi nggak beracun dan bisa dimakan."

Lagi-lagi Kaisar tergelak. Sebelum dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Tatapannya tahu-tahu menerawang jauh ke depan jendela kecil di hadapan mereka.

"Emerald." Kaisar memanggil Ema. Wanita itu mendongak untuk menatap prianya. "Kamu ngajarin banyak hal yang bikin aku terkejut kalau aku bisa lakuin itu tanpa susah payah untuk adaptasi."

Kening Ema berkerut. Tidak paham maksud Kaisar. Namun, dia memilih untuk membiarkan kekasihnya itu terus berbicara, mengeluarkan isi kepalanya. Jadi, diam-diam dia mematikan kompor agar keduanya tidak kepanasan gara-gara terpaan api.

"Waktu pertama kali aku menginap di panti, jujur aku stress sendiri." Kaisar mendengkus geli seraya menggeleng. "Selain ranjang kecil buat badanku yang gede, bunyi kasur tiap aku bergerak bikin susah tidur, belum lagi insiden tai itu."

Ema langsung tergelak mengingat kejadiaan itu.

"Kemudian di sini. Well, karena ini bangunan baru dan perabotan yang ada ini kualitas oke, insiden itu jelas nggak kejadian di sini. Cuma aku diam-diam menikmati juga kehidupan yang nggak terlalu ramai ini. Kayak sekarang, aku, kamu, berdua berdiri sambil memasak. Terus ya udah, nggak perlu ngapa-ngapain lagi. Nggak perlu juga mikirin hal-hal repot kayak perusahaan dan segala intrik kantor yang nggak ada abisnya."

BIG & BOSS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang