Ciuman tidak lagi menarik bagi Ema maupun Kaisar. Setelah panggilan tak terduga Kyara, keduanya seolah kompak tak bergairah. Mereka malah memilih duduk saling berpelukan sambil melamun dengan pikirannya masing-masing.
Sebenarnya kalau kondisi biasa, Kyara datang malam-malam ke rumah Kaisar, Ema mungkin tidak ambil pusing. Lagi pula bosnya atau bisa dia panggil sekarang prianya ini sudah dengan tegas tidak mau dijodohkan dengan siapa pun. Hanya saja semuanya berbeda ketika yang Kyara cari adalah Ema, bukan Kaisar yang notabenenya adalah calon istrinya.
Dalam kepala Ema sudah banyak skenario buruk. Salah satu yang paling tidak disukainya adalah Kyara marah karena keputusan Kaisar menolak perjodohan. Hubungan rahasianya dengan sang bos akan terbongkar.
Kalau Ema dalam kondisi biasa saja atau setidaknya bebas utang, dia malah akan dengan gagah berani melawan kekuasaan Kyara. Karena baginya jika itu menyangkut orang yang dia cintai, maka wanita itu akan melakukan apa saja untuk mempertahankannya. Namun sekarang, yang harus dia pertahankan adalah pekerjaannya. Ada utang menumpuk yang harus dibayar lunas. Ada banyak orang pula yang harus wanita itu biayain hidupnya ke depan.
"Kaisar," panggil Ema. Kalau drama dalam kepalanya terjadi, maka dia tidak bisa lagi bersikap egois. Kebahagiaannya tak sepenting kebahagiaan orang-orang yang dia cintai di Puncak sana.
Kaisar bergumam lirih. Tangannya mengusap puncak kepala Ema dengan lembut.
"Kalau ... aku bilang kalau tujuan Kyara ke sini buruk buat kerjaanku ke depannya, kayaknya kita nggak bisa sama-sama deh."
"Hey!" Suara Kaisar terdengar kesal. Saking sebalnya pria itu sampai mengguncang badan Ema. "Kita baru jadian siang ini ya, bisa-bisanya kamu udah mikir mau putus. Nggak bisa!"
Bibir Ema mengerucut. "Aku masih butuh duit dari Papi kamu, Kaisar."
"Aku bisa kasih kamu duit."
Seketika Ema mendelik. Dia mendengkus keras. Kemudian, melayangkan cubitan. "Eh, aku kan udah bilang aku nggak mau duit cuma-cuma apalagi dari kamu. Nih ya, lihat senyum kamu aja aku udah negatif bawaannya apalagi kamu kasih duit. Nggak nggak! Kerja keras, aku lebih suka itu."
"Oke masalah duit aku menghormati keputusan kamu buat bekerja keras, tapi Emerald, kalau masalah keamanan kamu yang mungkin terancam gara-gara Kyara, aku pastiin aku bakal lindungin kamu."
Ucapan Kaisar yang terdengar sungguh-sungguh. Sorot mata yang lurus langsung mengunci tatapan Ema. Kombinasi ini cukup membuat wanita itu yakin.
Namun, bukan Ema namanya yang bisa tersenyum malu-malu karena sikap prianya. Dia malah meringis dan berkata, "Yakin kamu bisa lindungin aku?"
"Kenapa nggak yakin?" Kaisar menyipitkan mata.
Tahu-tahu saja Ema memukul pelan lengan kiri Kaisar yang pernah tertusuk pisau itu. "Nggak inget siapa yang lindungin kamu dari preman-preman di pelabuhan? Aku atau diri kamu sendiri."
"Babe, kan beda." Giliran Kaisar yang cemberut. "Itu preman kasar. Aku nggak bisa kasih defense. Kalau Papi yang kita lawan, ya aku nggak yakin menang sih, tapi aku bakal ngelakuin apa aja buat jagain dan perjuangin kamu."
Ema tersenyum kecil pada akhirnya. Dia menggumamkan terima kasih, sebelum meraih kedua sisi wajah Kaisar. Diberikannya kecupan singkat ke bibir pria itu.
Baru saja Kaisar akan kembali mencium Ema dengan lebih ganas, ketukan pintu terdengar. Pria itu mengumpat. Sedangkan Ema langsung mendorong Kaisar menjauh.
"Nona Emerald." Suara Indra terdengar dari balik pintu. "Apa Tuan Kaisar di dalam?"
"Ya, ya." Ema bergegas mendekati pintu dan membukanya. Untung saja pakaiannya sudah sempat dibenarkan sebelum keluar dari kamar. "Hai, Ndra. Kami lagi bahas kerjaan. Kenapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIG & BOSS (TAMAT)
RomanceHidup Kaisar-Kai mendadak kacau saat dibangunkan seorang wanita berisi di dalam kamarnya. Wanita itu memperkenalkan diri sebagai Emerald-Ema. Tanpa persetujuan Kai, Ema sekarang menjadi asisten pribadinya yang super ikut campur. Segala hal mengenai...